Apa itu sukses? tiba-tiba pertanyaan ini muncul ketika gue sedang asyk membaca blog yang sharing tentang keberhasilan dan kiat-kiat sukses sampai keterima bekerja di
Bank Indonesia. Maklum lagi pengen juga mencoba peruntungan.
Well, satu lagi malam yang gue lalui dengan segudang pemikiran absurd. GUE GALAU. LAGI. Trus nulis ini deh, daripada tulis-tulis status di facebook or instastory pake quote-quote sok bijak di google ye kann....
Sumber kegalauan gue kali ini tak lain dan tak bukan adalah satu kata yang biasa kita gunakan untuk melabeli orang-orang di sekitar kita dan cukup meresahkan warga. SUKSES. Yapp, apa itu sukses? Ketika mencapai tahap apa, orang bisa disebut sukses? Sukses itu rasanya seperti apa? Apa yang harus gue lakukan agar bisa dikategorikan sebagai salah satu orang sukses?
Tentu sukses adalah label. Banyak uang juga disebut sukses. "Wah dia sudah punya banyak uang, sudah sukses dia sekarang".
Diterima bekerja di perusahaan besar juga disebut sukses; "Itu loh anaknya Bu Anu, sudah sukses dia sekarang, kerja di bank".
Sampai yang paling konyol "Si Doi sudah sukses ya sekarang, di instagram suka update story jalan-jalan". Biasa nih penyakitnya ibu-ibu yang bikin anaknya males pulang kampung. Kita melabeli orang-orang yang dianugerahi 'hidup enak' dengan kata sukses. Mereka sukses karena mereka banyak uang, punya kerjaan keren, jabatan oke, punya pacar atau menikah dengan orang kaya atau orang sukses lainnya, lulus sekolah dengan nilai memuaskan, hidup hedon dan foya-foya, intinya mereka 'TERLIHAT' memiliki hidup yang lebih baik dari kita.
Sampai sekarang standar dan kategori sukses menurut gue masih sangat absurd, dan suka berubah-ubah tergantung siapa yang melihat dan siapa yang dilihat. Bisa dibilang gue orang yang paling jaraangg melabeli orang lain 'sukses', apa karena gue terlalu berpikiran negatif? Semisal sepupu gue tau-tau bekerja di perusahaan tambang, cek per cek pake orang dalam, apa itu bisa dikategorikan sukses? atau cerita lainnya dari temen gue yang juga kerja di salah satu perusahaan besar, yang ternyata setelah lulus langsung dapat jabatan (tanpa tes psikologi umum, tanpa tes kepribadian bla bla bla) untuk menggantikan posisi orang tuanya yang mau pensiun. Ya mereka itu seperti mendapatkan sesuatu dengan sangat gampang.
Ada sebuah cerita dimana gue sedang duduk dan bergosip dengan beberapa teman suatu sore. Bahan gosip kala itu adalah salah satu teman seangkatan kami yang sekarang tinggal di ibu kota. Menurut mereka, doi udah bisa dikategorikan sukses sebagai 'anak jakarte' yang gaul dengan selera fashion oke dan tentu feed instagram keren yang diambil dari satu cafe ke cafe lain. Apalagi dibandingkan dengan kami yang masih tinggal di Makassar, kita beda kasta mah kalo kata Awkarin!
Cerita lainnya tentang salah satu teman yang akhirnya bisa bekerja di perusahaan yang selama ini dia idamkan. Gaji oke, penampilan oke, story instagram sudah seperti AnyaGeraldine dengan gaya hidup hedon yang membuat para netizen bertanya-tanya sebenarnya gaji dia berapa. Dia memenuhi standar sukses menurut kami kala itu. O iya, ada lagi teman semasa SMP yang walaupun sekarang masih pengangguran tapi karena lulus dari universitas ternama, doi disebut sukses.
Menurut
Zig Ziglar, sukses adalah mampu mendapatkan banyak hal yang bisa dibeli oleh uang, dan semua hal yang tak bisa dibeli oleh uang. Warren Buffet sendiri mendefenisikan sukses bukan dengan tolak ukur materi, tetapi apakah orang-orang di sekitar kita bahagia dan mencintai kita. Sukses bagi para petani adalah panen yang melimpah, sukses bagi pelajar adalah lulus ujian dengan nilai yang memuaskan (walaupun hasil contekan -_-), sukses bagi karyawan adalah mencapai jabatan tertentu dalam perusahaan. Sementara untuk kpoper berjiwa labil, sukses adalah bisa nonton konser bias, jangankan mimpi pacaran sama idolanya, dinotis aja udah seneng minta ampun. So, defenisi tiap orang pasti berbeda, karena tujuan kita juga berbeda, lingkungan kita juga berbeda.
Ngomongin soal lingkungan, menurut gue lingkungan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pemberian label 'sukses' itu sendiri. Contohnya, orang yang tinggal di desa yang pekerjaan sehari-harinya adalah bertani, tentu ketika melihat pegawai kantoran pasti akan menyebutnya sukses, padahal bisa dibilang penghasilan si petani dalam setahun justru lebih banyak setelah panen ketimbang gaji si pegawai kantoran yang hanya UMR. Hal yang membedakan hanya penampilan, yang satu berpakaian rapi sementara yang lain berpakaian seadanya, ya karena nggak mungkin kan pake blazer ke sawah.
Kemudian pegawai kantoran lainnya yang tinggal di kota, akan dinilai lebih sukses dibanding pegawai kantoran tadi yang tinggal di desa, padahal gaji bulanan mereka sama-sama UMR. Hal yang membedakan keduanya hanya lingkungan, dimana si pegawai yang tinggal di kota isi instastorynya adalah nongkrong di cafe mahal, makan ya minimal di Mekdi, walaupun ujung-ujungnya pulang ke kosan siram indomie,
yang penting story aja dulu. Sementara dengan penghasilan yang sama, si pegawai yang tinggal di desa, syukur-syukur kalau bisa upload story di tempat makan karena pasti lebih memilih untuk makan di rumah saja. Mirisnya, label 'SUKSES' ini justru sangat mempengaruhi kondisi psikologis kita (maaf nih, agak lebay) karena membuat kita merasa tidak percaya diri, bahkan dihakimi oleh orang-orang di sekitar kita.
Kalau sekarang gue bertanya ke diri sendiri, defenisi sukses menurut gue adalah bisa diterima bekerja di perusahaan dengan jenjang karir yang oke, mau ini itu tidak merepotkan orang tua dan menyusahkan orang lain, mandiri, dan menjadi pribadi yang lebih baik dan bahagia dari sebelumnya.Walaupun secara terang-terangan orang tua pengennya gue jadi PNS, dan yah standar sukses menurut orang tua gue ya jadi PNS atau paling nggak punya suami PNS. hahahahhahaa
Apakah sekarang gue sukses? Dengan sok dan penuh kesombongan, gue bakal bilang 'IYA'. HAHAHAHAHAHA....Kenapa? karena sekarang gue adalah seorang yang jauh lebih baik dari sebelumnya (masih dalam tahap pembelajaran sih), dan tentu karena kemurahan Tuhan sekarang hidup gue bisa dikategorikan 'hampir nyaman' hahahahhaa ... Setidaknya sekarang gue bisa beli skincare pake uang sendiri, beli novel walaupun hanya untuk ditumpuk, dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Walaupun kategori sukses menurut Zig Ziglar yakni mampu membeli banyak hal masih belum bisa gue capai, setidaknya gue masih bisa menikmati beberapa hal yang TIDAK bisa dibeli oleh uang seperti teman yang menyenangkan, seorang ibu yang penyayang, dan pekerjaan yang walaupun banyak tekanannya, sangat-sangat gue nikmati. Itu adalah hal yang perlu gue syukuri.
So, menurut lo apa itu sukses?