Curhat Kerjaan dan Rasanya Dihargai

Sejak kecil gue pengen banget keliling dunia. Karena keliling dunia terdengar sangat mustahil, jadilah gue persempit keliling indonesia aja, itu juga masih rada mustahil karena keadaan dompet yang selalu kering, mungkin karena jarang dicuci :(

Seneng aja liat foto-foto traveler di instagram dan nonton food vloger di youtube. Anyway, gue paling suka nonton Best Ever Food Review Show, gue kasih linknya di bawah:


Gue pengen banget ke Thailand dan Filipina setelah nonton video-video di chanel ini, apalagi dengan kuliner ekstrem yang bikin kita makin penasarann

Dulu gue pikir jalan-jalan ke luar kota karena kerjaan itu keren. Selain bisa cuci mata, tiket dibayarin, dapat uang saku pula. Suka iri liat teman-teman seangkatan yang kerjanya jadi auditor. Jalan-jalan kesana kemari bahkan sampai ke Papua. Kerja rasa liburan. 

Sewaktu kuliah, gue sempat kerja di toko buku sampai lulus. Lumayan buat bantu bayar uang ujian skripsi dan wisuda yang saat itu tidak dibiayai beasiswa. Menjelang skripsi gue sempat tertekan batin(halah, lebbeh) dikit lagi depresi karena harus kerja sampai jam 11 malam, dan pulang ke kosan buat kerjain skripsi sampai subuh, besoknya ke kampus ketemu pembimbing trus lanjut kerja lagi. Sempat khawatir juga gue telat lulus, tapi Puji Tuhan skripsi gue baik-baik aja. Mungkin karena pembimbingnya nggak rese (Thankyou Jack Sparrow). 

Awalnya gue seneng bahkan bangga bisa kerja di toko buku. Gue suka seragamnya apalagi sepatunya, nggak kaya Mbak-Mbak SPG Make Up yang harus pake high heels. Selain karena emang hobby baca dan bisa dapat potongan harga, kesempatan buat bertemu banyak orang menjadi hiburan tersendiri. Seperti prinsip akuntansi, semua harus balance. Ada yin dan yang. Ada sisi positif dan negatifnya. Tiga bulan pertama kerja disana emang suatu tantangan luar biasa. Bayangkan saja berdiri selama 10 jam, istirahat 30 menit buat makan, dan tidak boleh pegang HP. I can't! Betis gue rasanya mau pecah(?), tiap pulang ke kosan harus direndam air hangat dulu biar bisa tidur. Kalo nggak, besoknya udah nggak bisa jalan kali gue. Belum lagi tekanan di tempat kerja (nasib anak baru) dari sesama karyawan, atasan bahkan ketemu customer rese! Tapi semua pasti ada hikmahnya, gue percaya apapun itu Tuhan punya rencana yang lebih baik. 

Long story short, gue mulai bosan kerja disana. Jenuh aja kayak judul lagu. Mungkin karena beberapa kebijakan perusahaan yang waktu itu udah nggak sejalan, sebut saja lembur yang disebut loyalitas, hari libur dan bonus suka dipotong sama supervisor, belum lagi pendapat dan ide-ide karyawan yang jarang didengar oleh pimpinan. That sucks! Jalan ditempat, nggak ada perkembangan sama skali.

Kejenuhan ini bahkan mempengaruhi minat gue terhadap buku. Saking enegnya liat buku, ada banyak sekali buku yang gue beli tiap gajian, ujung-ujungnya hanya disimpan masih lengkap dengan plastik dan harganya. Yang awalnya seru bisa kerja di tempat rame, sekarang malah pengen waktu buat menyendiri. Jadi nggak sabar pengen cepet-cepet lulus,biar bisa kerja kantoran, punya ruangan sendiri, bisa putar lagu yang gue suka, bisa ngopi, bahkan siram indomie kalo lagi laper. Gue pengen jadi akuntan, i love work with numbers and above all, i just want to be heard! Jujur aja, sebagai sales girl, lo nggak akan pernah didengar dan ide-ide lo nggak akan pernah diperhitungkan oleh siapapun, because you are just a salesgirl! even setelah beberapa bulan, gue diangkat jadi customer service teteeupp aja rasa nggak puas itu ada, teteupp aja ambisi gue lebih dari sekedar jadi customer service. Tapi kalo jadi customer service Google, enak kali ya...

Kadang sedih kalo ada teman kuliah yang nanya 'masih kerja di toko buku?', 'kenapa tidak melamar di tempat lain?', bahkan ada yang dengan sangat kejam (lebay) nanya 'Sarjana akuntansi kan, kok kerja disini?'. and i was like 'emang salah ya sarjana kerja di mall, emang ada aturannya sarjana harus kerja kantoran?' Belum lagi pandangan tetangga di kampung. Ini yang paling nyesekk. Kalau ada yang nanya ke Ndopi (my mom) anaknya kerja apa? and she said 'oh, jaga-jaga toko saja di Makassar'. WHATTTTTT...I'm just TT, Just like TT :'( :'(. Jadi males pulang kampung, ngambil cuti juga cuman buat tiduran di kosan. Mending tidur daripada harus pusing mikirin jawaban buat pertanyaan-pertanyaan tetangga rese nan kepo.

Waktu itu gue mikir, segini aja nih gue? Gue kok masih disini-sini aja? Gue juga pengen kali punya kerjaan keren kayak orang-orang, kayak teman-teman angkatan gue yang lain. Gue juga pengen bikin orang tua gue bangga. Jadi kalo orang nanya anaknya kerja dimana, beliau bisa dengan bangga bilang "Oh, anakku sekarang akuntan", bukannya bilang jaga toko :'(
Tuhan nggak pernah tidur. Itu kata orang-orang yang suka sok tahu, padahal kan who knows? hehehe Selang beberapa lama, akhirnya gue dapat panggilan dari perusahaan tempat gue sekarang bekerja. Walaupun kenyataan tak seindah harapan (halah), gue tetap bersyukur. Ada satu perusahaan yang sangat-sangat gue harapkan waktu itu, tapi apalah daya pungguk merindukan bulan (rasanya makin kesini, makin puitis nih tulisan) panggilan itu tak kunjung datang. So, dengan sabar dan tawakal gue memutuskan untuk resign dan masuk ke tempat baru.

Bukan hidup namanya kalau tanpa masalah. Kantor baru bukan berarti bebas dari penjajahan. Kebetulan budaya perusahaan yang sekarang gue tempati rada horor sih, karyawannya nggak bisa nyantai dikit, tiap hari rasanya kayak dengerin orang konser, berisikk!!! Ngak heran ada yang mukanya boros saking seringnya marah-marah. Beruntung saat itu gue dan teman sesama akuntan lain dapat ruangan sendiri di lantai 2.

Selain jadi akuntan, gue juga dapat kesempatan buat jadi auditor salah satu hotel. Enaknya, karena dapat kesempatan buat jalan-jalan ke luar kota. Nginap di hotel gratis selama seminggu sampai bosan. Makan di resto juga gratis. Tapi diluar segala fasilitas yang bisa gue dapatkan secara gratis ini, hal yang paling gue suka adalah bagaimana orang lain sekarang melihat gue. I'm no longer a sales girl yang bisa dimarah-marahin kalo customer lagi bad mood (#Sombongdikitbolehnggaknih). Gue bukan lagi invisible girl, yang bahkan gue loncat-loncat pun orang nggak akan repot-repot nanyain itu siapa, apalagi mendengarkan pendapat gue, yang ada dikirain gila.

Berkat profesi baru ini, akhirnya gue bisa ngerasain enaknya dihargai dan didengarkan. I was amazed how people treat me so well. Dengan ini gue belajar untuk memperlakukan orang dengan baik dan berusaha menghargai setiap ide dan pendapat orang, karena ternyata rasanya luar biasa. Gue pernah berada di posisi paling bawah, i was invisible, gue berharap bisa mengambil pelajaran dari setiap pengalaman buruk di masa lalu, demi menjadi orang yang lebih baik lagi.

Somehow, people think it's cool to be a jerk. Honestly, it's way cooler to be nice!



1 komentar:

Home not House

I'm on a phone call with my mom when i'm writing this. Kami (my mom and i) sedang membicarakan masa depan; rencana kedepannya seperti apa, sekolah adik-adik gue apa kabar, biaya untuk ini dan itu, mimpi-mimpi yang belum sempat diwujudkan, sampai mendengar wejangan-wejangan ala ibu-ibu rempong. 

"Jangan boros, jangan sombong, jangan kikir, jangan suka stres, jangan marahin orang, jangan meremehkan orang lain, kurang-kurangin sirik dan mengeluh, jangan ikutin anak orang kaya yang bisa beli buah dan sayur di mall (ehem), rajin nabung biar bisa beli tanah dan rumah" SIGH!

Akhir-akhir ini gue pengen banget punya rumah sendiri. Setiap pulang kerja, gue suka berhayal enaknya punya rumah sendiri. Nggak enak banget deh numpang di rumah keluarga. Buat kalian yang udah pernah atau sedang tinggal di rumah keluarga semisal Om dan Tante, pasti paham deh susahnya kayak gimana. Banyak bapernya, dikit-dikit baper. Walaupun keluarga yang bersangkutan sebenarnya baik, tapi yah kita sebagai yang numpang suka nggak enakan apalagi dengan kata-kata 'tau diri'. Ugh! Pengen pulang malam, nggak enak. Mau bawa teman ke rumah apalagi. Jangankan bawa temen, mau makan aja suka mikir, suka nggak enak padahal nggak ada yang larang, tapi yah gitu....

Gue selalu membayangkan sebuah rumah kecil dengan halaman yang asri (bukan berarti gue suka berkebun ya) ala-ala rumah horor di tengah hutan. Gue bakal dengan senang hati duduk menikmati kopi hitam di sore hari sepulang kerja di belakang rumah, dan melakukan hal-hal random yang mungkin terlintas di kepala gue tiap weekend, pesugihan misalnya. Nggak bakal pusing pendapat orang tentang kelakuan gila gue because this is my damn house,people! Nggak pusing juga diomelin tiap sore karena malas ke gereja. Iya.. gue emang males ke gereja, kenapa? masalah buat lo? (kok malah ngegas!)

Kalau punya rumah sendiri nanti gue berencana pelihara anjing yang akan gue kasih nama Aslan, burung hantu dengan nama Hedwig dan punya aquarium besar untuk ikan lele. Gue bahkan berpikir untuk melanjutkan hobby masa kecil, piara laba-laba dan hewan aneh lainnya. Selain itu, gue akan beli lemari buku yang bisa menampung koleksi buku gue yang sekarang makin tak terurus. Sedih juga liatnya. Kalau bisa ada ruangan khusus buat perpustakaan mini, yah sejenis ruang kerjalah kalo di drama-drama. Di ruang tamunya nanti gue bakal pasang pohon kering yang di cat hitam atau putih yang bisa gue hias saat Natal. 


| How to Mix and Match Decor for a Rustic Chic and Modern Glam Christmas! | http://soiree-eventdesign.com
Kurang lebihnya kayak gini, gambarnya gue ambil dari Pinterest

Gue bahkan sudah memikirkan desain kamar gue nantinya kayak apa. Sejak kecil gue pengen banget punya kamar bernuansa hijau dengan tema Slytherin. 

                               


Gue udah memutuskan untuk tidak meletakkan lemari buku di kamar, nantinya malah sempit, jadi di ruang tamu aja. Kalau gue ada rejeki nomplok, gue bakal beli TV superrr gedeee kualitas HD biar puas liatin pori-pori di wajah oppa pas nonton drama korea. Jangan lupa pasang AC juga karena gue bukan tipe orang yang tahan udara panas (tapi harus hemat, listrik mahal soalnya). 

Satu hal yang sangat-sangat ingin gue lakukan kalau sudah punya rumah sendiri nantinya adalah menyetok indomie dan beer kaleng di kulkas dan untuk perayaan tertentu, mungkin gue bakal coba beli wine online (i've tried this before, and its damn expensive!). Iya gue suka minum beer dan masih penasaran sama rasa wine tapi nggak pernah sampai mabuk sih. Jangan salah paham dulu, i'm not an alcoholic tapi gue bakal lebih pilih bir dibanding pepsi.

Tiap bulannya gue bakal buat list benda-benda yang pengen gue beli semisal mesin pembuat kopi ala warkop-warkop keren, lampu-lampu tumblr kecil yang lucu buat lemari buku, kursi relaksasi (ini kemahalan sih), pemanggang daging serba guna dan kompor gas portable buat masak indomie ala-ala, piring-piring cantik juga kalau perlu. Itu semua optional sih, nggak wajib. 

Segitu aja dulu imajinasinya, jangan mimpi ketinggian, jatuhnya sakit.






3 komentar:

BOOKS AND OLD MEMORIES




Udah tiga hari ini gue selalu bangun cepat, lebih tepatnya nggak ikhlas bangun tapi HARUS bin WAJIB karena ngurusin dokumen pagi-pagi demi masa depan yang lebih baik. Akibatnya gue nggak punya waktu banyak di kamar mandi. Padahal waktu produktif gue (baca: waktu produktif buat otak gue mikir hal-hal random) ya di kamar mandi. Kadang gue suka lama-lama, bukan karena lama sabunannya, tapi karena lama mikir alias merenung nggak jelas. Kadang otak gue suka mikir yang aneh-aneh dan , saking anehnya, kadang gue sendiri heran kok bisa otak gue memproduksi hal-hal seperti itu, kok bisa gue mikir serandom itu, sampai ketawa sendiri bahkan galau sendiri.

Pikiran random di kamar mandi seperti ini bisa mempengaruhi keseharian gue. Ada momen dimana pikiran-pikiran itu membuat gue seneng dan senyum-senyum sepanjang hari, sementara di hari lain sedih tanpa alasan. Sometimes, i live my life like a fantasy movie, and the other day like a real nightmare. Cara gue berpikir ini mempengaruhi cara gue berinteraksi dengan orang lain. Ada kalanya jadi sangat usil dan suka gangguin orang, lalu besoknya jadi super introvert dan sibuk dengan dunianya sendiri.


Pikiran gue ini nggak muncul dengan sendirinya. Bisa karena nonton film, baca novel bahkan nonton video dokumenter Female Killers atau Unsolved Supernatural di youtube. Misalnya, gue bisa senang tanpa sebab and stay positive walaupun dimarahin atasan gara-gara baca Summer in Seoulnya Ilana Tan. Rasanya seperti punya harapan yang menghasilkan pikiran-pikiran positif, membayangkan tempat-tempat yang keren, kamar yang nyaman, cuaca yang bersahabat bahkan aroma kopi yang enak. Kalo kalian udah baca novelnya, i'm sure you'll agree gimana Ilana Tan memberi kita sebuah cerita romance penuh imajinasi yang bisa memberi asupan bagi para jiwa fangirl. Kemudian mood gue ini bisa dengan sangat cepat berubah jadi suram ketika membaca All the Bright Places-nya Jennifer Niven dan gimana gue bisa memandang dunia tanpa harapan ini dari sudut pandang Theodore Finch, dimana kematian rasanya lebih seru dibanding menjalani hidup yang membosankan.


Terkadang gue nggak ngerti gimana cara kerja sel-sel di otak manusia. Even my own brain. Gue bahkan nggak suka dengan cara berpikir otak gue yang sudah terkontaminasi realita. I'm a daydreamer, and i hate reality, but i have to face it like right now.

23 tahun bukan lagi usia yang pas untuk berhayal. Bahkan jika bersusah payah mencoba, i mean i even tried to imajine this and that, tapi rasanya udah nggak sama lagi ketika gue masih duduk di bangku SMP.  Berhayal tidak lagi semenyenangkan dulu.

Dulu gue sering melalui hari dengan cara yang berbeda dari orang pada umumnya. I like to dramatisize everything for fun. i think all of us do that, i just wanna hide from reality and create a new world in my head, where i could have a lot of friends, dragons, elfs, dwarfs, magic wand, and my Prince Charming. But time goes on, we all grow up and so do i.


Sekali lagi, 23 tahun bukan usia yang cocok untuk berhayal dan buku sangat-sangat membantu dalam hal ini, oh and a good song too. Gue sadar, gue nggak bisa lagi berhayal ini itu. Otak gue nggak pernah bisa istirahat, bahkan menjelang tidur pun gue masih aja banyak pikiran tapi bukan hayalan. Pengennya berhayal, tapi lagi lagi tidak semenyenangkan dulu. Baru juga berhayal dikit semisal punya rumah dengan konsep minimalis dengan banyak tumbuhan merambat di dinding-dindingnya yang berlumut, eh langsung dibuyarkan dengan fakta bahwa harga rumah mahal. Berhayal punya kamera baru, eh dibuyarkan lagi dengan fakta kalo harga kamera mahal dan harus milih antara beli kamera atau motor atau traveling atau novel-novel baru atau tiket konser wanna one :'(. SIGH!


Buku biasanya menjadi alternatif terbaik gue kalau lagi pengen melarikan diri dari kenyataan. Dan seperti tagline iklan L-men "Trust me, it works". It's like a sweet escape. Great books will transport you from this world  into another. Buku juga bisa jadi mesin waktu. Kadang dengan membaca, otak  dengan anehnya membawa kembali ingatan-ingatan masa lalu yang nggak selamanya menyenangkan. FYI, ingatan yang menyenangkan di masa kecil gue terhenti di natal 2006, dan dimulai lagi ketika masuk kuliah 2012. Periode di antara itu, i don't really remember. Terkadang gue susah membedakan mana ingatan yang nyata dan mana yang hayalan.


Bisa dibilang periode kebahagiaan gue bisa dibagi dua: 1. Pas masih sekolah di Hogwarts bareng Harry Potter, kadang kita suka mampir ke Hogsmade buat minum butterbeer, dan 2. Pas tinggal di Korea bareng oppa-oppa cakep sambil sapu-sapu jalan dari daun musim gugur (walaupun dua-duannya sampai sekarang sih) Diluar dari itu, gue nggak punya ingatan apa-apa lagi. Lebih tepatnyaa gue males buat inget-inget memori yang nggak menyenangkan!! i hate those sad stories of my life, dan sialnya terkadang gue ketemu buku yang bikin gue kepikiran sama semua hal yang gue nggak suka di masa lalu. Damn!


Gue tipe orang yang bakal baca satu buku berkali-kali like Harry Potter, novel-novel Ilana Tan, bahkan Dunia Cecilianya Jostein Garder. Padahal buku-buku lain masih antri sampai berdebu tak kunjung buka segel. (Boss, maaf nih saya butuh cuti seminggu buat baca semua novel saya, kasian kan udah dibeli tapi nggak ada waktu buat bacanya *smirk*) Alasan utamanya karena novel-novel ini justru membawa memori yang menyenangkan. As i said before, book is a time machine. Baca Winter in Tokyo bikin gue berasa kembali ke Jepang tahun 2013 yang bersalju, dan Summer in Seoul membawa gue ke Seoul nonton konsernya Jung Tae Woo, belum lagi Autumn in Paris...!OH MY GOD!! MY FAVORITE NOVEL EVER!! Tuh kan jadi kangen sama Tatsuya. Oh dan jangan lupakan ketujuh novel Harry Potter yang sangat-sangat mampu membawa kembali memori masa kecil gue yang menyenangkan. Salah satunya adalah waktu pertama kali masuk Gramedia liburan Natal 12 tahun lalu dan pas juga peluncuran buku Harry Potter and the Half Blood Prince.

Untuk mengakhiri tulisan ini, gue bakal mengutip kata-kata J.K Rowling

                                     Image result for quote jk rowling YOU CAN FIND A MAGIC IN A GOOD BOOK
So, buku bukan hanya kumpulan kertas yang menguning dan tinta yang akan buram termakan waktu, it's just another world.







1 komentar: