FOTO HANTU #OFFICELIFE

WARNING: tulisan ini mengandung unsur sindiran, makian, dan curahan hati! buat yang gampang baper jangan dibaca ya!

HAHAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHAAAHAHAHAHAHAAAAAAAAA

TUNGGU YA KETAWA DULU... ADUH SORRY CAPSLOCKNYA KEPENCET.
(nyari tombol capslock)!!

pengen bicara kotor jadinya..haduhh!!!

Pernah nggak sih kalian berada di sebuah situasi dimana klean dapat teguran gara-gara masalah sepele? HAHAHAHA sumpah deh.

i should say pengalaman gue hari ini asli berkesan banget! gimana ceritanya sebuah foto...SEBUAH FOTO (aduh kepencet kan capslocknya) membuat heboh satu perusahaan! Gue dapat teguran dari dua atasan sekaligus gegara sebuah foto!!! i mean, seriously????????!!!! it's just a picture, dude!

Aduh bingung mulainya dari mana dah...

Jadi gini, beberapa hari lalu di sebuah sore nan suram akibat mendung, gue sempat update story di instagram. Secara gue sendirian aja nih di kantor, gue iseng dong videoin ruangan gue yang sepi biar semua orang tau. HAHAHAHA. Nah, tanpa sengaja di video gue itu kayaknya ada penampakan atau mungkin lebih tepatnya bayangan yang gue nggak tau itu apa. Gue kepo kan, terus gue puter  ulang tuh video sampe bosen dan screenshoot sana sini. Kalau diperhatikan baik-baik, di foto hasil screenshootan gue waktu itu ternyata ada bayangan cewek berambut panjang. KEBAYANG NGGAK TUH! Gue, cewek cantik nan lemah yang sendirian di kantor tau-tau dapat foto penampakan!!

fotonya gue sc dari akun pribadi @beatrixpotter883


Tapi kan gue orangnya selow .. tetap seloww...santaiii....pantaiii...mungkin aku butuh liburan syalalallalaa nggak mungkin! 

Ya intinya gue nggak nanggepin serius secara rumah yang gue tempati sekarang justru jauh lebih horor lagi dari hanya sekedar foto bayangan yang MUNGKIN ada karena pantulan cahaya atau efek kamera aja. Cuma selayaknya anak alay lainnya yang kelebihan hormon iseng, gue postinglah foto itu di story dan sekalian gue kirim juga nih di grup kantor. Seperti yang bisa kalian tebak, gue butuh audiens buat foto gue yang ini kan dan nggak ada maksud lain apalagi maksud jahat. i mean, apa sih tujuan jahat yang bisa dicapai hanya dengan bermodalkan foto bayangan??? #ketahuancerdasnya kalo kata mr.Ngehek mah...

Long story short, foto itu berlalu tanpa mendapatkan audiens. Hmmm fotoku yang malang akhirnya disimpulkan sebagai 'efek kamera' atau 'efek cahaya' bla bla bla dan bukan penampakan, which is gue setuju! Kemudian di suatu Senin pagi ketenangan gue terusik dengan sebuah telepon dari atasan. Dimana gue disibukkan dengan rutinitas kehidupan kantor layaknya para pemburu dollar lainnya, gue was was dong, kira-kira kesalahan apakah yang telah diperbuat oleh karyawan teladan sepertiku sampai-sampai atasan menelepon langsung di nomor pribadi bukannya ke telepon kantor.

Masih dengan penuh pertanyaan, gue angkatlah teleponnya dan seperti yang bisa kalian tebak -gue dapat teguran gara-gara foto hantu yang waktu itu di story- i was like Annjjjjjjjjjjj....!!!! kok bisa? it's not a big deal, i mean it was a joke! kalopun emang iya itu penampakan ya udah, santai aja...toh semua tempat juga ada penunggunya kan, ngapain dipermasalahin gitu loh.

Mungkin oknum yang mempermasalahkan  tidak seloww,...tetap seloww....santaii.. mereka butuh liburan.

Ternyata usut punya usut ternyata ada nih oknum yang melaporkan (lebbay) perihal foto gue itu. Selain telepon yang pertama, sekitar jam 2 atau jam 3 tadi bos yang satunya lagi telpon dan membahas hal yang sama. So, gue ditegur oleh dua atasan sekaligus gara-gara sebuah foto!! Harusnya gue bangga dengan pencapaian ini hahahahhaa, udah rusak kali otak gue yakkk.

Mungkin nggak perlu gue jabarkan semua ceramah yang gue terima dengan lapang dada tadi karena intinya ya itu, instastory gue dipermahasalahkan 'kenapa update-update status seperti itu' dan bla bla bla. Awalnya gue juga nggak ngerti poin utama yang dipermasalahkan disini, secara gue update status itu toh tujuannya buat becanda, it was a f*ckin joke! tapi ya kita kan emang hidup di negara yang tingkat kesensitifannya sangat tinggi, apa apa dipermasalahin, becanda dikit ada yang tersinggung, update status ini itu salah, padahal kan itu media sosial pribadi, mungkin orang-orang ini kurang ngopi kali ya. Toh gue juga bukan public figure yang harus menjaga tindak tanduk sana sini. Itu kan akun pribadi, so terserah gue dong mau posting apa di akun gue, secara gue juga nggak pernah ngusik akun orang lain.

Singkat cerita, selain instastory gue, yang jadi pokok masalah disini adalah karena ada seorang atau dua orang atau tiga orang (gue juga nggak tau, dan nggak mau tau) yang 'ketakutan' (ini kata-kata bos gue loh ya) akibat foto yang gue share itu. Lebih tepatnya gini "saya harus cari orang untuk temani dia karena dia ketakutan". Gue mikir dong, apa iya orang bisa bereaksi seperti itu. Mungkin gue salah kalau menurut gue orang ini sedikit over reacted, karena seperti kata bos gue, cara orang bereaksi terhadap sesuatu itu beda-beda. Mungkin buat kita itu cuman becanda, tapi buat orang lain belum tentu. Jadi kita nggak bisa menyamakan semua orang. 

Nah, mungkin kalian mikir ini gue ngapain curhat di sini sih untuk hal yang sepertinya receh banget. Tenang, semua tulisan gue yang walaupun random pasti ada hikmahnya kok. So, setelah gue dapat teguran tadi gue merenung dong ya, sok-sok cari ilham (nggak tau dia kemana) dan berusaha introspeksi diri. 

Gue melihat masalah ini dari dua sudut pandang, pertama dari sudut pandang gue sebagai 'pelaku' dan dari sudut pandang si 'korban'.

Kita bahas dari sudut pandang si korban dulu ya yang katanya...katanya loh yah... KETAKUTAN akibat foto ini. Sorry to say, gue nggak ngerti dengan posisi si orang ini. Kalau ternyata foto ini memberikan dampak yang luar biasa, gue minta maaf. Dan seperti pertanyaan bos gue, gimana kalau yang ada di posisi doi tuh gue, ya gimana ya... gue tinggal di rumah keluarga yang gede dan sangat hemat listrik kayak di film-film horor. Belum lagi penunggu-penunggunya yang bukan hanya mitos atau pergunjingan belaka, karena semua orang yang pernah tinggal di rumah itu sudah pernah melihat sosok yang kita sebut penjaga ini. Ketakutan? of courselah, tapi bukan berarti gue harus bersikap berlebihan apalagi keluar dari rumah itu dengan alasan yang cheesy. Tapi yah gitu, cara orang bereaksi terhadap sesuatu kan beda-beda. Mungkin buat gue itu hal yang biasa tapi buat doi itu sesuatu yang berlebihan and i'm sorry for that. Sama halnya ketika kita mengomentari orang lain 'kamu gendutan ya' 'jerawatmu kok tambah parah' 'kulitmu makin hari makin hitam padahal sudah perawatan' and bla bla bla...  mungkin buat kita itu hanya celetukan iseng tapi menyakitkan.

Satu yang sangat disayangkan adalah kalau doi nggak suka dengan kelakuan gue yang absurd itu, you have to talk to me face to face, jangan main bilang ke atasan dong!

Jujur aja, gue bukan orang yang peka terhadap perasaan orang lain atau bisa menganalisis kepribadian orang. Akibatnya gue nggak bisa bedain mana yang bisa diajak becanda, dan mana orang yang terlalu serius karena kurang ngopi dan nggak bisa main-main. Selama gue anggap kalian temen, ya artinya bisa gue becandain.

Dari sudut pandang gue, ini hanya candaan, atau ingin mencari sensasi  dan seperti yang gue tulis di atas foto gue ini butuh audiens. Gue pun yakin if you got what i got, kalian pasti langsung share di medsos atau langsung DM Ewing HD biar masuk di video malam jumatnya (ngomong-ngomong, gue lagi mempertimbangkan buat kirim ke Ewing HD nih fotonya, kali aja bisa membuat heboh satu Indonesia trus gue dipecat deh wkwkwkwkwkkk).

Nggak ada niat jahat kok, cius deh!! Bahkan sampai gue nulis ini pun, masih nggak ngerti apa yang dipermasalahkan. Kalaupun ada orang yang ketakutan akibat foto ini, well sorry to  say there must be something wrong with your brain. Dari peristiwa ini gue paham satu quote bijak 'life is 10% what happens to you and 90% of how you react to it'. Buat gue ini hanya sebuah foto, but for other people who see it, it must be something WOW that scared them to death. Jadi kalau ada yang perlu diperbaiki disini, it is not me who took that picture, but it is you who see and react to it! 

Segitu aja ya curhatannya, terimakasih sudah membuang-buang waktumu di sini. Adapun kesamaan cerita itu mungkin saja disengaja. So kurang-kurangin lebbaynya, peace love and ngopiiiii...!!!!


3 komentar:

TANYA DALAM MENDUNG



Sore ini, aku menatap langit yang tidak lagi cerah, gelap, suram hampir berkabut.
Sejenak mengingatkanku pada film kesukaanku, kesukaan kita.

Kita... sejenak aku tersenyum...
Aku seharusnya sudah beranjak dari kata ini dari dulu,
Tapi mendung membawamu kembali dalam ingatan.

Apa yang terjadi dengan 'kita' sekarang?
Apa kabar kamu?
Apa kabar juga kata-kata yang akhirnya menyusun cerita dalam setiap pesan yang kau kirimkan, dalam setiap percakapan hingga larut malam, dan dalam senyum di setiap pertemuan?
Ah, betul juga.... seperti katamu waktu itu, semua hanya bom waktu

Seolah akhir dari semua ini terlalu jelas untuk diabaikan.
Seolah sulaman memori hanya untuk mengisi waktu luang sambil menunggu.
Memaksakan sebuah cerita, mencoba-coba menebak alur.
Bukankah kita hanya saling menipu diri sendiri?

Apa kabar mimpi-mimpimu sekarang?
Apa kabar sayap-sayapmu yang dulu katamu kukekang?
Sudahkah kau terbang setinggi kata-katamu dulu?
Ah kepada siapa aku bertanya?
Mungkin diriku sendiri, mungkin juga kepada ingatan, atau kepada hujan yang tak kunjung turun.

MENDUNG
kenapa hujan tak turun saja?
tanyaku pada angin yang hanya sekedar lewat.

kenapa hujan tak turun saja?
Menggemuruh bersama langit yang menggelap
Agar tanah tidak mendengar dukaku
Agar rintik hujan sembunyikan lukaku.

Kenapa hujan tak turun saja?
Membungkam tangis, melenyapkan kebisingan dan teriak kesepian.
Hingga yang tersisa hanya dedaunan yang basah, seperti sepasang mata sembab yang memaksakan kata ikhlas.



3 komentar:

APA ITU SUKSES?

Apa itu sukses? tiba-tiba pertanyaan ini muncul ketika gue sedang asyk membaca blog yang sharing tentang keberhasilan dan kiat-kiat sukses  sampai keterima bekerja di Bank Indonesia. Maklum lagi pengen juga mencoba peruntungan.

Well, satu lagi malam yang gue lalui dengan segudang pemikiran absurd. GUE GALAU. LAGI. Trus nulis ini deh, daripada tulis-tulis status di facebook or instastory pake quote-quote sok bijak di google ye kann....

Sumber kegalauan gue kali ini tak lain dan tak bukan adalah satu kata yang biasa kita gunakan untuk melabeli orang-orang di sekitar kita dan cukup meresahkan warga. SUKSES. Yapp, apa itu sukses? Ketika mencapai tahap apa, orang bisa disebut sukses? Sukses itu rasanya seperti apa? Apa yang harus gue lakukan agar bisa dikategorikan sebagai salah satu orang sukses? 

Tentu sukses adalah label. Banyak uang juga disebut sukses. "Wah dia sudah punya banyak uang, sudah sukses dia sekarang". 

Diterima bekerja di perusahaan besar juga disebut sukses; "Itu loh anaknya Bu Anu, sudah sukses dia sekarang, kerja di bank". 

Sampai yang paling konyol "Si Doi sudah sukses ya sekarang, di instagram suka update story jalan-jalan". Biasa nih penyakitnya ibu-ibu yang bikin anaknya males pulang kampung. Kita melabeli orang-orang yang dianugerahi 'hidup enak' dengan kata sukses. Mereka sukses karena mereka banyak uang, punya kerjaan keren, jabatan oke, punya pacar atau menikah dengan orang kaya atau orang sukses lainnya, lulus sekolah dengan nilai memuaskan, hidup hedon dan foya-foya, intinya mereka 'TERLIHAT' memiliki hidup yang lebih baik dari kita. 

Sampai sekarang standar dan kategori sukses menurut gue masih sangat absurd, dan suka berubah-ubah tergantung siapa yang melihat dan siapa yang dilihat. Bisa dibilang gue orang yang paling jaraangg melabeli orang lain 'sukses', apa karena gue terlalu berpikiran negatif? Semisal sepupu gue tau-tau bekerja di perusahaan tambang, cek per cek pake orang dalam, apa itu bisa dikategorikan sukses? atau cerita lainnya dari temen gue yang juga kerja di salah satu perusahaan besar, yang ternyata setelah lulus langsung dapat jabatan (tanpa tes psikologi umum, tanpa tes kepribadian bla bla bla) untuk menggantikan posisi orang tuanya yang mau pensiun. Ya mereka itu seperti mendapatkan sesuatu dengan sangat gampang.

Ada sebuah cerita dimana gue sedang duduk dan bergosip dengan beberapa teman suatu sore. Bahan gosip kala itu adalah salah satu teman seangkatan kami yang sekarang tinggal di ibu kota. Menurut mereka, doi udah bisa dikategorikan sukses sebagai 'anak jakarte' yang gaul dengan selera fashion oke dan tentu feed instagram keren yang diambil dari satu cafe ke cafe lain. Apalagi dibandingkan dengan kami yang masih tinggal di Makassar, kita beda kasta mah kalo kata Awkarin!

Cerita lainnya tentang salah satu teman yang akhirnya bisa bekerja di perusahaan yang selama ini dia idamkan. Gaji oke, penampilan oke, story instagram sudah seperti AnyaGeraldine dengan gaya hidup hedon yang membuat para netizen bertanya-tanya sebenarnya gaji dia berapa. Dia memenuhi standar sukses menurut kami kala itu. O iya, ada lagi teman semasa SMP yang walaupun sekarang masih pengangguran tapi karena lulus dari universitas ternama, doi disebut sukses. 

Menurut Zig Ziglar, sukses adalah mampu mendapatkan banyak hal yang bisa dibeli oleh uang, dan semua hal yang tak bisa dibeli oleh uang. Warren Buffet sendiri mendefenisikan sukses bukan dengan tolak ukur materi, tetapi apakah orang-orang di sekitar kita bahagia dan mencintai kita. Sukses bagi para petani adalah panen yang melimpah, sukses bagi pelajar adalah lulus ujian dengan nilai yang memuaskan (walaupun hasil contekan -_-), sukses bagi karyawan adalah mencapai jabatan tertentu dalam perusahaan. Sementara untuk kpoper berjiwa labil, sukses adalah bisa nonton konser bias, jangankan mimpi pacaran sama idolanya, dinotis aja udah seneng minta ampun. So, defenisi tiap orang pasti berbeda, karena tujuan kita juga berbeda, lingkungan kita juga berbeda.

Ngomongin soal lingkungan, menurut gue lingkungan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pemberian label 'sukses' itu sendiri. Contohnya, orang yang tinggal di desa yang pekerjaan sehari-harinya adalah bertani, tentu ketika melihat pegawai kantoran pasti akan menyebutnya sukses, padahal bisa dibilang penghasilan si petani dalam setahun justru lebih banyak setelah panen ketimbang gaji si pegawai kantoran yang hanya UMR. Hal yang membedakan hanya penampilan, yang satu berpakaian rapi sementara yang lain berpakaian seadanya, ya karena nggak mungkin kan pake blazer ke sawah.

Kemudian pegawai kantoran lainnya yang tinggal di kota, akan dinilai lebih sukses dibanding pegawai kantoran tadi yang tinggal di desa, padahal gaji bulanan mereka sama-sama UMR. Hal yang membedakan keduanya hanya lingkungan, dimana si pegawai yang tinggal di kota isi instastorynya adalah nongkrong di cafe mahal, makan ya minimal di Mekdi, walaupun ujung-ujungnya pulang ke kosan siram indomie, yang penting story aja dulu. Sementara dengan penghasilan yang sama, si pegawai yang tinggal di desa, syukur-syukur kalau bisa upload story di tempat makan karena pasti lebih memilih untuk makan di rumah saja. Mirisnya, label 'SUKSES' ini justru sangat mempengaruhi kondisi psikologis kita (maaf nih, agak lebay) karena membuat kita merasa tidak percaya diri, bahkan dihakimi oleh orang-orang di sekitar kita. 

Kalau sekarang gue bertanya ke diri sendiri, defenisi sukses menurut gue adalah bisa diterima bekerja di perusahaan dengan jenjang karir yang oke, mau ini itu tidak merepotkan orang tua dan menyusahkan orang lain, mandiri, dan menjadi pribadi yang lebih baik dan bahagia dari sebelumnya.Walaupun secara terang-terangan orang tua pengennya gue jadi PNS, dan yah standar sukses menurut orang tua gue ya jadi PNS atau paling nggak punya suami PNS. hahahahhahaa

Apakah sekarang gue sukses? Dengan sok dan penuh kesombongan, gue bakal bilang 'IYA'. HAHAHAHAHAHA....Kenapa? karena sekarang gue adalah seorang yang jauh lebih baik dari sebelumnya (masih dalam tahap pembelajaran sih), dan tentu karena kemurahan Tuhan sekarang hidup gue bisa dikategorikan 'hampir nyaman' hahahahhaa ... Setidaknya sekarang gue bisa beli skincare pake uang sendiri, beli novel walaupun hanya untuk ditumpuk, dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Walaupun kategori sukses menurut Zig Ziglar yakni mampu membeli banyak hal masih belum bisa gue capai, setidaknya gue masih bisa menikmati beberapa hal yang TIDAK bisa dibeli oleh uang seperti teman yang menyenangkan, seorang ibu yang penyayang, dan pekerjaan yang walaupun banyak tekanannya, sangat-sangat gue nikmati. Itu adalah hal yang perlu gue syukuri. 

So, menurut lo apa itu sukses?

2 komentar:

Diculik ke Kedai Kopi Ternikmat Sedunia, Ghitari Coffee Plantation!

Githari Coffee Plantation



Jadi selama liburan gue di Toraja, gue sempat diculik. Nggak... nggak... yang nyulik bukan om-om berkumis menyeramkan dengan jaket kulit kotor pake mobil hartop ya... justru gue diculik oleh dua cewek pewaris tanah berhektar-hektar di Toraja (ini hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan cerita mohon diaminkan saja ya). 

Jadi cerita penculikannya gini:

Galau dengan jadwal libur yang sedikit, gue memutuskan untuk mengisi liburan dengan perawatan gigi for the first time in forever kayak lagunya si itu. Seumur-umur gue nggak pernah ke dokter gigi, tapi pernah jadi kelinci percobaan sepupu gue yang waktu itu kuliah kedokteran gigi dan sedang mencari korban. Anyway, setelah menghitung uang receh yang ada di dompet, jadilah gue memutuskan untuk cabut gigi di salah satu klinik milik mamanya si tersangka penculikan. Setelah menjalani serangkaian 'siksaan' yang membuat gue akhirnya trauma ke dokter gigi, dua tersangka ini malah mengambil kesempatan. Gue pun diculik alias ditarik paksa buat mengunjungi tempat-tempat wisata terdekat. Ya kali gue seneng, yang ada bad mood gegara gigi nyilu!

Niatan awalnya adalah mengunjungi tempat wisata bernama kolam assa, tapi sialnya harapan untuk melihat air kolam yang konon memiliki 3 warna itu sirna seketika. KOLAMNYA KERING, PAK!! sial...sial...mungkin kedua penculik ini membawa peruntungan buruk. 

Setelah menggalau sekitar 5 menit, akhirnya salah satu dari mereka mencetuskan ide yang awalnya menurut gue sangat buang-buang waktu: Liat kebun kopi, men! Gila aja kali. Bertahun-tahun tinggal di Toraja, pohon kopi tumbuh bebas di samping rumah cuy, dan sekarang nyari tempat wisata yang keren eh malah 'Liat Kebun Kopi'???? Oke, masih gue liatin... gue masih sabar karena emang gue aslinya baik! Dengan penuh kesopanan gue bertanya dalam bahasa Toraja"Ladipatumbara tu kebun kopi?" yang artinya "Sianying ngapain liat kebun kopi???". 

"Disana bisa lihat mesin pembuat kopi dan kereta-kereta jaman penjajahan" celetuk Dian, adek gue yang saat itu bertugas sebagai tukang ojek dan tour guide tidak profesional. Dari informasi singkat ini, gue mulai penasaran, bukan dengan mesin pembuat kopinya tapi dengan kereta jaman penjajahan yang kalau dipikir-pikir kayaknya mustahil. 

Setelah perdebatan singkat mengenai 'apa yang bisa dilihat' dan rute esktrim yang akan dilewati, kami pun berangkat tidak dengan sebuah lagu tapi beberapa minuman okky jelly drink penunda lapar. 

Rute yang dilalui nggak bisa dibilang mudah, nggak juga dibilang ekstrim. Tapi karena kesananya naik motor butut, ya jelaslah jantung gue rada nggak tenang dengan tanjakan ekstrim banyak belokan tanpa rambu lalu lintas. Si Dian sempat bilang, "disini motor nggak bisa napas", lah emang motor sejak kapan bisa napas? Pesan moralnya gini : sekali memulai mendaki, pantang berhenti ditengah jalan, bisa celaka!

Setelah kurang lebih 45 menit di perjalanan, sampailah kami di tempat yang dituju. Well, jangan kalian pikir turun dari motor langsung dapat pondokannya trus selfie cantik, Hah! Ngimpi. Ada aturan untuk parkir motor di tempat 'khusus': Parkir motornya di kuburan, cuk! karena dalam perjalanan udah niatan banget nggak banyak omong, gue nggak komplain. Talk less, enjoying more! kurang lebihnya kayak gitu. Dari parkiran 'khusus' tadi, kami masih harus berjalan kaki sekitar 15 meter, ya biasa aja sih. Yang nggak biasa adalah toilet yang 'aneh'nya keren bangettt.

Diculik ke Kedai Kopi Ternikmat Sedunia, Ghitari Coffee Plantation!
Toiletnya ada di sebelah kiri, fotonya nggak sengaja terhapus jadi posting yang ini aja hehehe..

Puas berfoto di toilet ala cewek-cewek manja, sampailah kami di 'kebun kopi' Githari Coffee Plantation, salah satu perkebunan kopi Arabica yang berlokasi di Kaero, Sangalla', Kabupaten Tana Toraja. Lumayan jauh dari Rantepao dan Makale. Gue pengen banget bilang ini adalah hidden paradise. Bagaimana tidak, dari orok gue tinggal di Toraja, baru pertama kali gue nemu tempat sekeren dan senyaman ini. Nggak seharusnya seheran ini yah, secara di kampung halaman sendiri. Tapi tidak, gue teteupp amazed dengan tempat ini. Thanks to duo maya(manis dan tidak kaya) yang menculik gue hari itu.


Ghitari Coffee Plantation

Diculik ke Kedai Kopi Ternikmat Sedunia, Ghitari Coffee Plantation!

Diculik ke Kedai Kopi Ternikmat Sedunia, Ghitari Coffee Plantation!


Awalnya gue pikir disini cuman ada pohon-pohon kopi, ya secara kan namanya kebun kopi, tapi tidak... gue salah besar! Hal yang bikin gue bengong adalah pondokan-pondokan lucunya yang bersih banget, nggak kayak tempat wisata lainnya yang udah kayak TPA. Wisatawan emang suka kurang ajar. Penganut aliran Give and Take. Mereka Take gambarnya, trus give sampahnya.

Lanjuttt.... Kekaguman gue nggak berhenti hanya pada cafe dengan konsep outdoornya, tapi dengan pemandangan luar biasa keren yang bisa kalian nikmati. Kebun kopi yang hijau (maaf ini saya bingung kebun kopinya dimana, masih kurang mengeksplor soalnya), pegunungan yang indah, langit mendung yang sendu dan tentu secangkir kopi hangat ditemani ubi goreng, sejenak pikiranku melayang ke kamu... iya kamu.. yang sore itu membuatku memandang senja dengan cara yang berbeda. eakkkkk!
Ghitari Coffee Plantation


Ghitari Coffee Plantation


Sejenak jiwa alay gue terbangun hanya dengan aroma secangkir kopi dengan rasa khas yang nikmat membuat gue lupa dengan sebuah kisah cinta bertepuk sebelah tangan...BWAHAHAHHA Gilak!! enakk bangettttttt kopinnyaaaaaaa.......pake bangettt bangettt bangettttt. Nggak tau deh, ini efek capek atau emang rasa kopi di Ghitari Coffee Plantation ini asli enak. Gue sampe menyesal nggak pesan satu poci! Niatnya sih pengen pesen lagi, tapi setelah mengkalkulasi lama pembuatan kopinya, hmmm nggak jadi! Maybe next time ya.

Di tempat ini, proses pembuatan kopinya emang lama. Gimana nggak lama, ternyata kopinya nggak pake kopi instant tapi dari biji kopi pilihan yang dipetik langsung dari pohonnya...hahahaha Ya gue nggak tau gimana nulisnya, tapi dari hasil observasi kami..ceileh..kayaknya nih kopi yang disuguhkan disana masih harus melalui proses diba'te dan dilambuk kalau kata orang Toraja, alias disangrai lalu dihaluskan, dan itu lamaa banget bisa sampe sejam! Masih bisa selfie 500 foto deh pokoknya.

Tapi yang paling paling gue suka adalah harga kopi dan makanan disini sangat sangat terjangkau kantong gembel kayak kami-kami ini. Secangkir kopi hitam dibandrol dengan harga Rp 13.000 SAJA!!! Murah meriah bangs*ttt!

If you know me, kalian pasti tau gimana cintanya gue sama kopi. Gue bakal dengan suka rela nyobain sekian banyak rasa kopi yang bisa gue dapetin. Laci meja kantor nggak mungkin sepi dari berbagai merk kopi instant dan ritual pagi favorit gue adalah ngopi sambil kepoin orang di instagram.  Oya, kemarin sempat terpesona dengan kopi Palu (i'll write about it later). Gue bukan cuma cinta tapi kecanduan, Kopi adalah obat migrane paling ampuh! Gue nggak bisa hidup tanpa kopi.  Gue sayang kopi! Coffee is my ecstasy! Titik! dan Githari Coffee Plantation ini adalah pilihan tepat buat kalian yang ingin menikmati kopi enak di tempat yang keren tentu dengan harga yang murah! Nggak cuma itu, kalian bisa sekalian wisata alam, menikmati senja, dan tentunya take selfie sampe kalian bosen liat muka sendiri!

Gimana, jadi pengen diculik juga kan? Gue pengen posting foto penculiknya, tapi nanti klean takut duluan WAHAHAHA ....Oya, hampir lupa Owner dari Ghitari ini baik bangett, mau mau aja dia ngobrol sama rakyat jelata seperti kami Wkwkkwkwk...Sehat terus ya,Pak, kemarin sempat lupa tanya kenapa pake nama 'Ghitari'. Semoga bisa kesana lagi, dan si bapak bisa ketemu orang yang ngaku-ngaku anak kuliahan, padahal..... ah sudahlah, tulisan ini jadi kepanjangan!

Githari Coffee Plantation, passwordnya kopi nikmat, nggak bikin kembung!
Nih, gue kasih bonus 2 foto plus foto kereta yang sempat bikin gue penasaran:



Ghitari Coffee Plantation
ada Githari Lounge juga loh!!
Ghitari Coffee Plantation

Ghitari Coffee Plantation
ini loh yang katanya kereta kencana Raja!!!

3 komentar:

Bucket List Part 1


Singkatnya gini, bucket list adalah daftar yang kita buat untuk dicapai dalam hidup, yah before you die! Nah, Kalau kalian punya waktu dan kuota, silahkan baca bucket list gue di bawah ini:

1. Bikin Passport

If you know me, kalian pasti sudah lelah dengerin gue yang suka ngelantur tentang ke luar negeri. Yah gimana mau ke luar negeri, passport aja belum punya! Gue harus bikin, HARUS! Sebenarnya gue bisa aja bikin ini, tapi apalah daya hamba yang dianugerahi kemalasan bergerak alias mager ini, belum lagi alasan demi alasan untuk menunda pengurusannya. Gue udah googling persyaratan bikin passport dan visa like 3 months ago waktu lagi panas-panasnya pengen ke Korea belum lagi tawaran kerja di Bangkok yang gue tolak mentah-mentah dan sampai sekarang masih gue sesali, dan sampai detik ini pun BELUM ADA PERGERAKAN SAMA SEKALI! Hmmm.. tarik nafas, hembuskan. Tahan emosimu dulu,Shaggy!

2. Beli Kamera 

Oke ini bakal gue wujudin dalam kurun waktu beberapa bulan lagi. Sabarlah wahai Hayati. Pas nulis ini, gue sedang berapi-apinya punya kamera. Bukan karena kemarin pas pulang kampung liat para sepupu yang masih kuliah udah punya DSLR ya, bukan... bukan sama sekali bukan! Tuhan ampuni hamba yang terlalu sirik sama orang yang bisa dapetin apa-apa hanya dengan minta ke orang tua. Ehm, tapi yah dikit sih. Pengen juga jalan-jalan sombong dengan mirrorless pink bergelantungan manja di leher ini.

Jadi gue mau cerita sedikit pengalaman pulang kampung kemarin yang sangat-sangat nggak asik dan jauh dari kata LIBURAN (Ya, emang niatnya bukan buat liburan sih) huff.. tarik nafas lagi. So, kemarin pas libur lebaran, kantor gue dengan sangat plin-plan memberikan jatah liburan yang sangat sangat menguras emosi yakni 3 hari SAJA!! CAN YOU BELIEVE THAT? I MEAN, SERIOUSLY BOSS??????

Nah, dengan sangat berat hati, jatah libur tidak manusiawi ini gue manfaatkan sebisa mungkin. Awalnya sih pengen ke luar kota, lebih tepatnya ke luar Sulawesi ala- ala backpacker. Udah survey tempat pulak, untungnya belum pesan tiket. Rencana gue yang itu harus ditunda dulu karena ternyata oh ternyata acara penguburan kakek gue bertepatan dengan hari libur lebaran, jadi mau tidak mau harus pulang kampung. I’m not really close to him, tho.. tapi teteup aja keluarga besar pasti banyak yang nyinyir kalau sampe gue nggak hadir (halah… sok penting beut gue) padahal mah sampai di sana juga gue nggak ngapa-ngapain. Gue nggak suka berada di keramaian, suka blank aja apalagi harus capek putar otak buat basa-basi dengan keluarga yang mungkin aja nggak kenal gue sama sekali. Ya bukan salah mereka juga sih, gue nya aja yang terlalu introvert buat bergaul sama orang lain. Dari sekian banyak sepupu gue yang datang, hanya ada satu atau dua orang aja yang beneran klik dan enak buat diajak ngobrol, itupun seadanya. Ah, abaikan saja tante dan om judes yang pastinya nggak mau repot buat sekedar basa-basi.

Beberapa hari sebelum pulang kampung, gue udah berencana buat beli salah satu kamera mirrorless berwarna pink. Kenapa harus pink? Ya biar mencolok aja kayak sepatu gue. Nah, kejadian ngezelinnya (harus pake Z) adalah gue nggak jadi beli kamera padahal UDAH NYARIS BANGET! Kzl gue sama mas-mas di toko kamera itu, kenapa nggak bilang dari awal kalau harus pake kartu kredit coba! Pengen dicash tapi duit nggak cukup :’(  Jangan tertipu tagline ‘CICILAN BUNGA 0%’!

Akhirnya dengan berat hati, gue harus pulang dengan tangan kosong. 'Nanti foto-fotonya pake hape aja' kata gue waktu itu menghibur diri sendiri. Sehari sebelum hari H penguburan, gue diculik oleh beberapa cewe rese yang udah siap dengan OOTD mereka buat foto-foto di beberapa destinasi wisata setempat. Ya namanya juga diculik, gue nggak prepare sama sekali dan menganggap jalan-jalan kami siang itu adalah omong kosong of the day sampai gue liat dan amazed dengan tempat yang kami kunjungi. Salah satu yang sempat kami kunjungi adalah Githari Coffee Plantation (I’ll write more about this later) dengan suguhan kopinya yang nikmat. 






Karena keterbatasan peralatan buat eksis, jadinya kami hanya puas dengan pengambilan gambar menggunakan hape. Jadilah gue diingatkan lagi dengan kamera pink yang NYARIS sekali lagi gue tekankan NYARIS GUE BELI tapi semesta berkata lain! and you know what, keesokan harinya gue liat salah satu dari sepupu gue ternyata udah punya kamera serupa. PERSIS! merk yang sama, warna sama pula, PINK!!  DAN GUE NGGAK MAU PUNYA BARANG YANG SAMA DENGAN TEMAN APALAGI SEPUPU GUE!!!! Gue teteup akan beli kamera mirrorless tapi dengan merk yang beda, walaupun nggak ada warna pinknya tapi harga jauh lebih murah :-/ Thanks to mas-mas dengan penjelasan sangat minim kemarin, yang dengan enggan meladeni segala pertanyaan gue yang akhirnya nggak beli juga, Aku sayang kamu, Mas!

3. Traveling ala Backpacker!

Kenapa gue lebih memilih traveling ala backpacker dan bukannya traveling cantik kayak cewe-cewe kece lainnya? Tak lain dan tak bukan ya karena masalah biaya. Iya, gue kere! 

Tapi gue nggak akan traveling dulu sebelum beli kamera. Iya.. ini cuma alasan, alasan untuk MENUNDA! Nggak, gue nggak menunda.. gue sekarang ini lagi sibuk traveling kok, traveling di Mall ngabisin duit dan tenaga! wkwkwkk...

Well, that's it! Bucket list part 1 gue yang biasa aja. Tenang... gue masih punya beberapa bucket list yang ekstrim tapi gue cicil dulu ya... ini baru part 1!


        

5 komentar:

Insta Story Tujuannya APA?

Image result for instagram
Pernah nggak sih kalian meluangkan waktu sebentar untuk memikirkan ini?

Bikin insta story itu tujuannya apa? 

Bukan rahasia lagi, media sosial sekarang bisa dimasukkan ke dalam salah satu list kebutuhan masyarakat. Walaupun hanya sekedar hiburan, tapi keberadaan media sosial sekarang ini menyita sebagian besar waktu kita, termasuk gue. Iya, gue emang salah satu dari sekian banyak pecandu media sosial terutama Instagram. 

Kalau ada lagu yang bunyinya kayak gini: 'bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi' kalau di gue ini liriknya diganti jadi 'bangun tidur kubuka instagram, tidak lupa cek instastory'. 

Ritual pagi gue sebelum ke kantor selain ngopi adalah ngecek instastory temen (nyinyirin dikit, terus geser, nyinyir lagi, screenshoot buat dikirim ke grupchat biar bisa dinyinyirin rame-rame, geser lagi, nyinyir lagi, gitu aja terus sampai Roy Kiyoshi kena karma), gue juga paling hobby cek siapa aja yang udah liat story yang udah gue posting kemarin. Bahkan parahnya gue bisa ngecek itu setiap beberapa menit sekali. I just don't know why. Instagram sekarang menjadi salah satu aktivitas termenyenangkan  yang tanpa gue sadari telah menduduki posisi kedua setelah buka youtube dalam keseharian gue. Walaupun nggak sampai jadi budak follower sih, tapi memang dulu, duluuu banget sempat menghabiskan seharian waktu di kantor untuk googling 'cara instant meningkatkan follower instagram'. Hehe... 

Speaking about youtube, kenapa gue nobatkan sebagai posisi pertama dalam list aktivitas termenyenangkan versi gue ya karena selain dapat hiburan, kita juga bisa mendapatkan pengetahuan baru, bisa denger musik, nonton mukbang atau food vloger sampai video dokumenter serius juga ada. Setidaknya nonton youtube tuh faedahnya banyak, lah liatin insta story orang faedahnya dimana (apalagi liatin video tiktokers)?

Saking kecanduannya gue dengan instagram, kadang suka KZL sendiri kalau wifi kantor lagi ngadat dan nggak bisa buka instastory orang apalagi bikin instastory sendiri. Padahal lagi lagi kalau dipikir sebenarnya itu faedahnya apa? Ngapain sih kita bikin instastory? apa aktivitas unfaedah kita segitu pentingnya sampai seluruh umat instagram harus tau? 

Ada beberapa story di instagram yang paling sering gue nyinyirin (padahal mah gue juga kadang update story nggak jelas) Contoh: 

  1. Pagi-pagi sebelum ke kantor cekrek dulu pasang di story dan kasih caption 'OTW' (tujuannya apaa??? dunia nggak harus tau lo lagi otw kantor atau lagi BAB di kamar mandi);
  2. Sampai di kantor kebetulan kantor masih sepi, story-in meja kerja yang sebenarnya berantakan tapi dirapihin dulu demi kebutuhan story di instagram (lagi-lagi faedahnya dimana, emang di meja kerja ada apa gitu sampai harus dipamerin?);
  3. Beberapa menit kemudian pasang playlist joox terus kasih gift-gift alay plus caption 'MOOD' (Whatt?)
  4. Selain ketiga jenis insta story tergaje seabad di atas, story yang paling gue benci adalah bentuk story yang dikasih latar hitam trus si pemilik story nulis kalimat orasi  super panjang atau apalah namanya untuk menggambarkan kemarahan dia tentang seseorang, atau sok-sok kasih nasehat baik padahal mah tujuannya buat nyindir, jatuhnya malah jadi tempat curhat dan cari musuh.


Gue nulis ini bukan karena nggak suka insta story. GUE SUKA, SUKA BANGET MALAH. Kadang suka kehabisan ide dalam membuat instastory, sampai-sampai corat coret tidak jelas plus quote-quote aneh dan receh menjadi pilihan terbaik, atau nyobain filter-filter lutzu dan foto-foto layar laptop biar dikirain kerja padahal mah online mulu. YANG PENTING BIKIN STORY AJA DULU, kata gue dalam hati. 

"Kalo emang nggak ada kegiatan yang bisa lo publish, kenapa harus bikin story sih ?

Gue suka memarahi diri sendiri, atau lebih tepatnya kepribadian gue yang satunya lagi (baca: yang alay, suka pamer, suka bikin instastory, suka nyinyirin orang, suka hal-hal unfaedah, sembrono dan tidak berpikir matang sebelum bertindak). Iya, gue emang seabsurd itu sampai-sampai gue berpikir ada dua jenis kepribadian dalam diri gue. Jadi kalau kalian liat gue update story alay nan absurd, percayalah.. itu bukan gue, itu kepribadian gue yang lain.

So, bikin insta story itu tujuannya apa? Tanya gue sambil ngestoryin tulisan unfaedah ini.

4 komentar:

Curhat Kerjaan dan Rasanya Dihargai

Sejak kecil gue pengen banget keliling dunia. Karena keliling dunia terdengar sangat mustahil, jadilah gue persempit keliling indonesia aja, itu juga masih rada mustahil karena keadaan dompet yang selalu kering, mungkin karena jarang dicuci :(

Seneng aja liat foto-foto traveler di instagram dan nonton food vloger di youtube. Anyway, gue paling suka nonton Best Ever Food Review Show, gue kasih linknya di bawah:


Gue pengen banget ke Thailand dan Filipina setelah nonton video-video di chanel ini, apalagi dengan kuliner ekstrem yang bikin kita makin penasarann

Dulu gue pikir jalan-jalan ke luar kota karena kerjaan itu keren. Selain bisa cuci mata, tiket dibayarin, dapat uang saku pula. Suka iri liat teman-teman seangkatan yang kerjanya jadi auditor. Jalan-jalan kesana kemari bahkan sampai ke Papua. Kerja rasa liburan. 

Sewaktu kuliah, gue sempat kerja di toko buku sampai lulus. Lumayan buat bantu bayar uang ujian skripsi dan wisuda yang saat itu tidak dibiayai beasiswa. Menjelang skripsi gue sempat tertekan batin(halah, lebbeh) dikit lagi depresi karena harus kerja sampai jam 11 malam, dan pulang ke kosan buat kerjain skripsi sampai subuh, besoknya ke kampus ketemu pembimbing trus lanjut kerja lagi. Sempat khawatir juga gue telat lulus, tapi Puji Tuhan skripsi gue baik-baik aja. Mungkin karena pembimbingnya nggak rese (Thankyou Jack Sparrow). 

Awalnya gue seneng bahkan bangga bisa kerja di toko buku. Gue suka seragamnya apalagi sepatunya, nggak kaya Mbak-Mbak SPG Make Up yang harus pake high heels. Selain karena emang hobby baca dan bisa dapat potongan harga, kesempatan buat bertemu banyak orang menjadi hiburan tersendiri. Seperti prinsip akuntansi, semua harus balance. Ada yin dan yang. Ada sisi positif dan negatifnya. Tiga bulan pertama kerja disana emang suatu tantangan luar biasa. Bayangkan saja berdiri selama 10 jam, istirahat 30 menit buat makan, dan tidak boleh pegang HP. I can't! Betis gue rasanya mau pecah(?), tiap pulang ke kosan harus direndam air hangat dulu biar bisa tidur. Kalo nggak, besoknya udah nggak bisa jalan kali gue. Belum lagi tekanan di tempat kerja (nasib anak baru) dari sesama karyawan, atasan bahkan ketemu customer rese! Tapi semua pasti ada hikmahnya, gue percaya apapun itu Tuhan punya rencana yang lebih baik. 

Long story short, gue mulai bosan kerja disana. Jenuh aja kayak judul lagu. Mungkin karena beberapa kebijakan perusahaan yang waktu itu udah nggak sejalan, sebut saja lembur yang disebut loyalitas, hari libur dan bonus suka dipotong sama supervisor, belum lagi pendapat dan ide-ide karyawan yang jarang didengar oleh pimpinan. That sucks! Jalan ditempat, nggak ada perkembangan sama skali.

Kejenuhan ini bahkan mempengaruhi minat gue terhadap buku. Saking enegnya liat buku, ada banyak sekali buku yang gue beli tiap gajian, ujung-ujungnya hanya disimpan masih lengkap dengan plastik dan harganya. Yang awalnya seru bisa kerja di tempat rame, sekarang malah pengen waktu buat menyendiri. Jadi nggak sabar pengen cepet-cepet lulus,biar bisa kerja kantoran, punya ruangan sendiri, bisa putar lagu yang gue suka, bisa ngopi, bahkan siram indomie kalo lagi laper. Gue pengen jadi akuntan, i love work with numbers and above all, i just want to be heard! Jujur aja, sebagai sales girl, lo nggak akan pernah didengar dan ide-ide lo nggak akan pernah diperhitungkan oleh siapapun, because you are just a salesgirl! even setelah beberapa bulan, gue diangkat jadi customer service teteeupp aja rasa nggak puas itu ada, teteupp aja ambisi gue lebih dari sekedar jadi customer service. Tapi kalo jadi customer service Google, enak kali ya...

Kadang sedih kalo ada teman kuliah yang nanya 'masih kerja di toko buku?', 'kenapa tidak melamar di tempat lain?', bahkan ada yang dengan sangat kejam (lebay) nanya 'Sarjana akuntansi kan, kok kerja disini?'. and i was like 'emang salah ya sarjana kerja di mall, emang ada aturannya sarjana harus kerja kantoran?' Belum lagi pandangan tetangga di kampung. Ini yang paling nyesekk. Kalau ada yang nanya ke Ndopi (my mom) anaknya kerja apa? and she said 'oh, jaga-jaga toko saja di Makassar'. WHATTTTTT...I'm just TT, Just like TT :'( :'(. Jadi males pulang kampung, ngambil cuti juga cuman buat tiduran di kosan. Mending tidur daripada harus pusing mikirin jawaban buat pertanyaan-pertanyaan tetangga rese nan kepo.

Waktu itu gue mikir, segini aja nih gue? Gue kok masih disini-sini aja? Gue juga pengen kali punya kerjaan keren kayak orang-orang, kayak teman-teman angkatan gue yang lain. Gue juga pengen bikin orang tua gue bangga. Jadi kalo orang nanya anaknya kerja dimana, beliau bisa dengan bangga bilang "Oh, anakku sekarang akuntan", bukannya bilang jaga toko :'(
Tuhan nggak pernah tidur. Itu kata orang-orang yang suka sok tahu, padahal kan who knows? hehehe Selang beberapa lama, akhirnya gue dapat panggilan dari perusahaan tempat gue sekarang bekerja. Walaupun kenyataan tak seindah harapan (halah), gue tetap bersyukur. Ada satu perusahaan yang sangat-sangat gue harapkan waktu itu, tapi apalah daya pungguk merindukan bulan (rasanya makin kesini, makin puitis nih tulisan) panggilan itu tak kunjung datang. So, dengan sabar dan tawakal gue memutuskan untuk resign dan masuk ke tempat baru.

Bukan hidup namanya kalau tanpa masalah. Kantor baru bukan berarti bebas dari penjajahan. Kebetulan budaya perusahaan yang sekarang gue tempati rada horor sih, karyawannya nggak bisa nyantai dikit, tiap hari rasanya kayak dengerin orang konser, berisikk!!! Ngak heran ada yang mukanya boros saking seringnya marah-marah. Beruntung saat itu gue dan teman sesama akuntan lain dapat ruangan sendiri di lantai 2.

Selain jadi akuntan, gue juga dapat kesempatan buat jadi auditor salah satu hotel. Enaknya, karena dapat kesempatan buat jalan-jalan ke luar kota. Nginap di hotel gratis selama seminggu sampai bosan. Makan di resto juga gratis. Tapi diluar segala fasilitas yang bisa gue dapatkan secara gratis ini, hal yang paling gue suka adalah bagaimana orang lain sekarang melihat gue. I'm no longer a sales girl yang bisa dimarah-marahin kalo customer lagi bad mood (#Sombongdikitbolehnggaknih). Gue bukan lagi invisible girl, yang bahkan gue loncat-loncat pun orang nggak akan repot-repot nanyain itu siapa, apalagi mendengarkan pendapat gue, yang ada dikirain gila.

Berkat profesi baru ini, akhirnya gue bisa ngerasain enaknya dihargai dan didengarkan. I was amazed how people treat me so well. Dengan ini gue belajar untuk memperlakukan orang dengan baik dan berusaha menghargai setiap ide dan pendapat orang, karena ternyata rasanya luar biasa. Gue pernah berada di posisi paling bawah, i was invisible, gue berharap bisa mengambil pelajaran dari setiap pengalaman buruk di masa lalu, demi menjadi orang yang lebih baik lagi.

Somehow, people think it's cool to be a jerk. Honestly, it's way cooler to be nice!



1 komentar:

Home not House

I'm on a phone call with my mom when i'm writing this. Kami (my mom and i) sedang membicarakan masa depan; rencana kedepannya seperti apa, sekolah adik-adik gue apa kabar, biaya untuk ini dan itu, mimpi-mimpi yang belum sempat diwujudkan, sampai mendengar wejangan-wejangan ala ibu-ibu rempong. 

"Jangan boros, jangan sombong, jangan kikir, jangan suka stres, jangan marahin orang, jangan meremehkan orang lain, kurang-kurangin sirik dan mengeluh, jangan ikutin anak orang kaya yang bisa beli buah dan sayur di mall (ehem), rajin nabung biar bisa beli tanah dan rumah" SIGH!

Akhir-akhir ini gue pengen banget punya rumah sendiri. Setiap pulang kerja, gue suka berhayal enaknya punya rumah sendiri. Nggak enak banget deh numpang di rumah keluarga. Buat kalian yang udah pernah atau sedang tinggal di rumah keluarga semisal Om dan Tante, pasti paham deh susahnya kayak gimana. Banyak bapernya, dikit-dikit baper. Walaupun keluarga yang bersangkutan sebenarnya baik, tapi yah kita sebagai yang numpang suka nggak enakan apalagi dengan kata-kata 'tau diri'. Ugh! Pengen pulang malam, nggak enak. Mau bawa teman ke rumah apalagi. Jangankan bawa temen, mau makan aja suka mikir, suka nggak enak padahal nggak ada yang larang, tapi yah gitu....

Gue selalu membayangkan sebuah rumah kecil dengan halaman yang asri (bukan berarti gue suka berkebun ya) ala-ala rumah horor di tengah hutan. Gue bakal dengan senang hati duduk menikmati kopi hitam di sore hari sepulang kerja di belakang rumah, dan melakukan hal-hal random yang mungkin terlintas di kepala gue tiap weekend, pesugihan misalnya. Nggak bakal pusing pendapat orang tentang kelakuan gila gue because this is my damn house,people! Nggak pusing juga diomelin tiap sore karena malas ke gereja. Iya.. gue emang males ke gereja, kenapa? masalah buat lo? (kok malah ngegas!)

Kalau punya rumah sendiri nanti gue berencana pelihara anjing yang akan gue kasih nama Aslan, burung hantu dengan nama Hedwig dan punya aquarium besar untuk ikan lele. Gue bahkan berpikir untuk melanjutkan hobby masa kecil, piara laba-laba dan hewan aneh lainnya. Selain itu, gue akan beli lemari buku yang bisa menampung koleksi buku gue yang sekarang makin tak terurus. Sedih juga liatnya. Kalau bisa ada ruangan khusus buat perpustakaan mini, yah sejenis ruang kerjalah kalo di drama-drama. Di ruang tamunya nanti gue bakal pasang pohon kering yang di cat hitam atau putih yang bisa gue hias saat Natal. 


| How to Mix and Match Decor for a Rustic Chic and Modern Glam Christmas! | http://soiree-eventdesign.com
Kurang lebihnya kayak gini, gambarnya gue ambil dari Pinterest

Gue bahkan sudah memikirkan desain kamar gue nantinya kayak apa. Sejak kecil gue pengen banget punya kamar bernuansa hijau dengan tema Slytherin. 

                               


Gue udah memutuskan untuk tidak meletakkan lemari buku di kamar, nantinya malah sempit, jadi di ruang tamu aja. Kalau gue ada rejeki nomplok, gue bakal beli TV superrr gedeee kualitas HD biar puas liatin pori-pori di wajah oppa pas nonton drama korea. Jangan lupa pasang AC juga karena gue bukan tipe orang yang tahan udara panas (tapi harus hemat, listrik mahal soalnya). 

Satu hal yang sangat-sangat ingin gue lakukan kalau sudah punya rumah sendiri nantinya adalah menyetok indomie dan beer kaleng di kulkas dan untuk perayaan tertentu, mungkin gue bakal coba beli wine online (i've tried this before, and its damn expensive!). Iya gue suka minum beer dan masih penasaran sama rasa wine tapi nggak pernah sampai mabuk sih. Jangan salah paham dulu, i'm not an alcoholic tapi gue bakal lebih pilih bir dibanding pepsi.

Tiap bulannya gue bakal buat list benda-benda yang pengen gue beli semisal mesin pembuat kopi ala warkop-warkop keren, lampu-lampu tumblr kecil yang lucu buat lemari buku, kursi relaksasi (ini kemahalan sih), pemanggang daging serba guna dan kompor gas portable buat masak indomie ala-ala, piring-piring cantik juga kalau perlu. Itu semua optional sih, nggak wajib. 

Segitu aja dulu imajinasinya, jangan mimpi ketinggian, jatuhnya sakit.






3 komentar:

BOOKS AND OLD MEMORIES




Udah tiga hari ini gue selalu bangun cepat, lebih tepatnya nggak ikhlas bangun tapi HARUS bin WAJIB karena ngurusin dokumen pagi-pagi demi masa depan yang lebih baik. Akibatnya gue nggak punya waktu banyak di kamar mandi. Padahal waktu produktif gue (baca: waktu produktif buat otak gue mikir hal-hal random) ya di kamar mandi. Kadang gue suka lama-lama, bukan karena lama sabunannya, tapi karena lama mikir alias merenung nggak jelas. Kadang otak gue suka mikir yang aneh-aneh dan , saking anehnya, kadang gue sendiri heran kok bisa otak gue memproduksi hal-hal seperti itu, kok bisa gue mikir serandom itu, sampai ketawa sendiri bahkan galau sendiri.

Pikiran random di kamar mandi seperti ini bisa mempengaruhi keseharian gue. Ada momen dimana pikiran-pikiran itu membuat gue seneng dan senyum-senyum sepanjang hari, sementara di hari lain sedih tanpa alasan. Sometimes, i live my life like a fantasy movie, and the other day like a real nightmare. Cara gue berpikir ini mempengaruhi cara gue berinteraksi dengan orang lain. Ada kalanya jadi sangat usil dan suka gangguin orang, lalu besoknya jadi super introvert dan sibuk dengan dunianya sendiri.


Pikiran gue ini nggak muncul dengan sendirinya. Bisa karena nonton film, baca novel bahkan nonton video dokumenter Female Killers atau Unsolved Supernatural di youtube. Misalnya, gue bisa senang tanpa sebab and stay positive walaupun dimarahin atasan gara-gara baca Summer in Seoulnya Ilana Tan. Rasanya seperti punya harapan yang menghasilkan pikiran-pikiran positif, membayangkan tempat-tempat yang keren, kamar yang nyaman, cuaca yang bersahabat bahkan aroma kopi yang enak. Kalo kalian udah baca novelnya, i'm sure you'll agree gimana Ilana Tan memberi kita sebuah cerita romance penuh imajinasi yang bisa memberi asupan bagi para jiwa fangirl. Kemudian mood gue ini bisa dengan sangat cepat berubah jadi suram ketika membaca All the Bright Places-nya Jennifer Niven dan gimana gue bisa memandang dunia tanpa harapan ini dari sudut pandang Theodore Finch, dimana kematian rasanya lebih seru dibanding menjalani hidup yang membosankan.


Terkadang gue nggak ngerti gimana cara kerja sel-sel di otak manusia. Even my own brain. Gue bahkan nggak suka dengan cara berpikir otak gue yang sudah terkontaminasi realita. I'm a daydreamer, and i hate reality, but i have to face it like right now.

23 tahun bukan lagi usia yang pas untuk berhayal. Bahkan jika bersusah payah mencoba, i mean i even tried to imajine this and that, tapi rasanya udah nggak sama lagi ketika gue masih duduk di bangku SMP.  Berhayal tidak lagi semenyenangkan dulu.

Dulu gue sering melalui hari dengan cara yang berbeda dari orang pada umumnya. I like to dramatisize everything for fun. i think all of us do that, i just wanna hide from reality and create a new world in my head, where i could have a lot of friends, dragons, elfs, dwarfs, magic wand, and my Prince Charming. But time goes on, we all grow up and so do i.


Sekali lagi, 23 tahun bukan usia yang cocok untuk berhayal dan buku sangat-sangat membantu dalam hal ini, oh and a good song too. Gue sadar, gue nggak bisa lagi berhayal ini itu. Otak gue nggak pernah bisa istirahat, bahkan menjelang tidur pun gue masih aja banyak pikiran tapi bukan hayalan. Pengennya berhayal, tapi lagi lagi tidak semenyenangkan dulu. Baru juga berhayal dikit semisal punya rumah dengan konsep minimalis dengan banyak tumbuhan merambat di dinding-dindingnya yang berlumut, eh langsung dibuyarkan dengan fakta bahwa harga rumah mahal. Berhayal punya kamera baru, eh dibuyarkan lagi dengan fakta kalo harga kamera mahal dan harus milih antara beli kamera atau motor atau traveling atau novel-novel baru atau tiket konser wanna one :'(. SIGH!


Buku biasanya menjadi alternatif terbaik gue kalau lagi pengen melarikan diri dari kenyataan. Dan seperti tagline iklan L-men "Trust me, it works". It's like a sweet escape. Great books will transport you from this world  into another. Buku juga bisa jadi mesin waktu. Kadang dengan membaca, otak  dengan anehnya membawa kembali ingatan-ingatan masa lalu yang nggak selamanya menyenangkan. FYI, ingatan yang menyenangkan di masa kecil gue terhenti di natal 2006, dan dimulai lagi ketika masuk kuliah 2012. Periode di antara itu, i don't really remember. Terkadang gue susah membedakan mana ingatan yang nyata dan mana yang hayalan.


Bisa dibilang periode kebahagiaan gue bisa dibagi dua: 1. Pas masih sekolah di Hogwarts bareng Harry Potter, kadang kita suka mampir ke Hogsmade buat minum butterbeer, dan 2. Pas tinggal di Korea bareng oppa-oppa cakep sambil sapu-sapu jalan dari daun musim gugur (walaupun dua-duannya sampai sekarang sih) Diluar dari itu, gue nggak punya ingatan apa-apa lagi. Lebih tepatnyaa gue males buat inget-inget memori yang nggak menyenangkan!! i hate those sad stories of my life, dan sialnya terkadang gue ketemu buku yang bikin gue kepikiran sama semua hal yang gue nggak suka di masa lalu. Damn!


Gue tipe orang yang bakal baca satu buku berkali-kali like Harry Potter, novel-novel Ilana Tan, bahkan Dunia Cecilianya Jostein Garder. Padahal buku-buku lain masih antri sampai berdebu tak kunjung buka segel. (Boss, maaf nih saya butuh cuti seminggu buat baca semua novel saya, kasian kan udah dibeli tapi nggak ada waktu buat bacanya *smirk*) Alasan utamanya karena novel-novel ini justru membawa memori yang menyenangkan. As i said before, book is a time machine. Baca Winter in Tokyo bikin gue berasa kembali ke Jepang tahun 2013 yang bersalju, dan Summer in Seoul membawa gue ke Seoul nonton konsernya Jung Tae Woo, belum lagi Autumn in Paris...!OH MY GOD!! MY FAVORITE NOVEL EVER!! Tuh kan jadi kangen sama Tatsuya. Oh dan jangan lupakan ketujuh novel Harry Potter yang sangat-sangat mampu membawa kembali memori masa kecil gue yang menyenangkan. Salah satunya adalah waktu pertama kali masuk Gramedia liburan Natal 12 tahun lalu dan pas juga peluncuran buku Harry Potter and the Half Blood Prince.

Untuk mengakhiri tulisan ini, gue bakal mengutip kata-kata J.K Rowling

                                     Image result for quote jk rowling YOU CAN FIND A MAGIC IN A GOOD BOOK
So, buku bukan hanya kumpulan kertas yang menguning dan tinta yang akan buram termakan waktu, it's just another world.







1 komentar:

Demons Inside Me



Apakah keadaan akan berubah, ketika kita tahu kapan waktu yang tepat untuk mati?
Apakah sikap kita juga akan berubah? 

Kurasa, jauh lebih baik mengetahui kapan kita akan mati. Bahkan dalam perjalanan pulang pun sempat berpikir sepertinya menyenangkan mengetahui adanya tumor dalam kepalamu, dan waktu hidup yang diperkirakan dokter mungkin hanya sekitar 1 tahun, ah tidak... mungkin 6 bulan akan membuatnya jauh lebih seru. Coba bayangkan apa yang akan kau lakukan dalam waktu 6 bulan itu? menjelajahi tempat baru? membaca semua buku murah yang kubeli di pelelangan buku usang? atau berbuat baik setidaknya sekali dalam sehari, 30x6= 180 kebaikan. Mungkin sudah lumayan untuk mengurangi sekian persen dari dosa yang kuperbuat dalam 23 tahun masa hidupku. Oh dan jangan lupa memberi makan anjing bodoh bernama Jhonny yang selalu menggonggong tanpa sebab bahkan tengah malam. 

Sebenarnya darimana asal semua pikiran bodoh ini?

Migrane 2 hari berturut-turut mungkin sudah memakan sebagian dari kecerdasan otakku.  Sekarangpun aku berpikir, apakah migrane dapat membunuh orang? apakah aku hanya perlu menenggak beberapa biji pil kemudian jatuh tertidur dan enggan bangun lagi keesokan paginya. 

Kemarin aku hanya mampu menenggak 2 biji saja, ukuran pilnya hampir sebesar ibu jariku. Apa yang ada dipikiran para apoteker itu sampai menciptakan obat sebesar itu. apakah sudah ada riset yang dapat memberikan funfact tentang berapa banyak orang mati tersedak akibat ukuran obat yang sangat besar? Seharusnya ini menjadi ide pokok skripsi salah satu anak farmasi, kan? Pengaruh ukuran obat sebesar biji langsat, terhadap jumlah kematian di dunia.

Ah, lagi-lagi darimana pikiran bodoh ini berasal dan sejak kapan? sejak kecil sepertinya.... selama 23 tahun usia hidupku di dunia, masih banyak pertanyaan bodoh dalam kepalaku yang ingin kutanyakan. Tapi pada siapa? Siapa yang cukup cerdas untuk menjawab semua pertanyaan itu? atau siapa yang punya sebegitu banyak waktu luang untuk memikirkan orang lain? Memikirkan pemikiranku?

Pernahkah kalian membayangkan, bagaimana rasanya mati? membayangkan bagaimana reaksi orang orang terhadap itu, dan bagaimana dunia tanpa kalian. Kurasa semua akan baik-baik saja setelah beberapa waktu berlalu. Karena aku, kamu, kita adalah satu dari sekian banyak produk gagal di dunia, yang tercipta mungkin dari kesalahan, atau hanya bagian dari eksperimen hidup, atau lebih buruk lagi menjadi sekedar figuran dalam cerita hidup orang-orang hebat.

Membayangkan diri sendiri seperti sebungkus snack yang akan kadaluarsa minggu depan. I mean, kita semua punya batas hidup seperti snack yang punya tanggal kadaluarsa. Pada akhirnya kita semua akan kadaluarsa. Pada akhirnya kita semua akan menghadapi akhir, dan sepertinya semua akan berakhir buruk. Because happy ending is no longer fun! seperti happy ending ala snow white tidak lagi populer, dan membuat Rupert Sanders menciptakan The Huntsman yang jauh lebih keren dari Pangeran-Entah-Siapa yang mencium Snow White.

Lalu, untuk apa kita diciptakan? untuk siapa kita bekerja? mengapa kita berusaha? sebenarnya apa yang kita cari?

Siapakah aku yang mempertanyakan kekuatan hidup?

Kau tahu apa yang mencegahku melakukan hal-hal gila? karena aku terlalu sibuk mengurusi dunia ini, terlalu sibuk mengurusi hal receh mengenai kehidupan, mengenai skandal artis, mengenai gosip di sekitarku, bahkan terlalu sibuk memikirkan ternyata capung adalah hasil metamorfosis dari undur undur. Mungkin aku terlalu sibuk atau lebih tepatnya sengaja menyibukkan pikiran agar tidak memikirkan hal yang tidak menyenangkan. Andai saja aku Theodore finch yang dengan gampang menulis kata tidak menyenangkan dan merobeknya, Tidak.. aku tidak akan merobek, melainkan membakarnya. Tapi apa bisa sesederhana itu?

Cesare Pavese pernah menulis "Kau tidak mengingat hari-hari, kau mengingat momen-momen". Aku mengutipnya dari All the Bright Places karya Jenniver Niven. Kita hidup untuk mengumpulkan momen, dengan resiko bahwa tidak semua momen yang kita kumpulkan adalah momen bahagia. Kita tidak mengingat hari, tapi kita terus menghitung berapa banyak hari yang kita lewatkan tanpa membuat momen yang menyenangkan, berapa banyak hari yang tersisa untuk tetap bernafas. Berapa banyak waktu yang kita buang tanpa melakukan apa-apa.

KITA HANYA SEKEDAR BERTAHAN HIDUP, lebih mirip Hunger Games. Lalu lihat seberapa banyak orang yang bertahan. Mereka berdiam diri menunggu giliran dijemput atau menunggu tulisan Game Over. Berapa banyak yang akhirnya memutuskan, untuk menekan tombol BERHENTI dan memprotes kecurangan disana sini, dan mengakhiri permainan atas kehendak sendiri.

Mungkin aku harus memulai sebuah perjalanan, kataku pada diri sendiri (lebih tepatnya pada sisi diriku yang lain, sisi diriku yang hanya diam menerima apa yang terjadi, dan menunggu mati menjemput). Aku harus pergi, ke suatu tempat, pikirku. Sebelum kebosanan ini membunuhku, membunuh otakku. Mungkin aku hanya BOSAN,atau SINTING lebih tepatnya. Seperti suicide-note George Sanders:

“Dear World, I am leaving because I am bored. I feel I have lived long enough. I am leaving you with your worries in this sweet cesspool. Good luck.” 
― George Sanders

Sebutkan hal aneh lain yang belum kulakukan? Hal aneh yang mencegahku melakukan tindakan gila dan tidak sesuai norma sosial di negara ini. Merusak rambut sendiri dengan mewarnainya. Hari ini keemasan, besok biru, lalu hijau kemudian ungu. Menarik. Rasanya menyenangkan melihat bayangan diri sendiri dalam cermin, setelah mengubah hal-hal tidak penting lalu meyakinkan diri sendiri bahwa tindakan ini menyenangkan, dan menghindarkanmu dari rasa bosan. Bosan dengan rambut panjang, lalu memangkasnya hingga sebahu, mungkin besok atau lusa akan membotakinya. Mungkin warna-warna memang memiliki sihir, jadi kuputuskan untuk mewarnainya saja. Ternyata, rasa bosanlah yang nanti akan membunuhku, atau membunuh pikiranku.

This is not a suicide note or what. This is just a collection of words or rather trashes from my brain.


You can go and check this song on youtube, we all have demon inside our brain.

in the darkness, i will meet my creator. and they will agree, i'm a suffocator
i'm sorry if i'm smother

if you're still breathing, you are the lucky ones

1 komentar:

I Miss You


Bira, once upon a time!


Gue pernah ngebaca ini “ide bisa muncul kapan aja. Tapi nggak bisa diterjemahkan dalam bentuk tulisan kapan aja” di salah satu blog yang rajin gue baca setiap kali ada updatean, dan GUE SETUJU. Ide selalu ada kapan saja, ketika duduk di boncengan salah satu driver gobek(inisengajabukantypo), ketika bangun terlalu cepat di pagi hari (baca: bangun jam 3 entah kenawhy, lalu tidak bisa tidur sampai jam 5 dan berakhir dengan telat ke kantor kemudian merekayasa 1001 alasan ke supervisor), ketika sedang mengerjakan laporan bulanan bahkan ketika sedang di toilet membuang sesuatu(?).

Tapi nggak semua ide bisa dituangkan dalam bentuk tulisan kapanpun dan di mana pun. Kadang suka dongkol sendiri ke otak gue karena memunculkan ide-ide absurd di saat-saat yang tidak tepat, terkadang ide tersebut bikin gue galau sendiri karena terjebak antara pilihan “Tulis aja” or “Keep it for yourself” karena nggak semua isi di pikiran kita bisa diterima oleh pembaca. Oke sekarang gue terdengar seperti Raditya Dika yang punya banyak pembaca, padahal mah cuman teman kantor dan member grupchat line, itupun pada akhirnya jadi bahan bullyan. (Aku sabar kok, aku kuwat!) :’)

Ngomongin soal Raditya Dika, beberapa menit sebelum menulis ini, gue sedang menikmati weekend unfaedah dengan secangkir kopi Toraja (plus nggak ke gereja) sambil membaca buku terbaru Bang Radit (sok sok akrab -_-) berjudul Ubur-Ubur Lembur YANG NOTABENE udah kucel kayak uang yang nggak sengaja ikut kecuci dalam kantong celana. Sebenarnya buku ini udah gue tamatin dari beberapa hari lalu, which is gue berniat buat minjemin ke temen kantor yang bahkan sampai sekarang belum kesampaian.


                                                          



Seperti buku-buku Bang Radit sebelumnya, gue biasanya baca ulang bab yang gue suka kalau lagi gabut dan ini yang menurut gue jadi nilai plus buat semua buku Raditya Dika yang menurut gue unik karena menyuguhkan cerita berbeda di setiap babnya, nggak bikin bosen apalagi nunggu nggak jelas endingnya kayak apa, nasib karakternya gimana, nggak halu halu bangetlah pokoknya, beda dari novel-novel pada umumnya.

Nggak tau juga gue jelasinnya gimana, secara skill penulisan gue masih receh, lagian ini gue nggak lagi nulis review buku kok. I mean, I know why. I just can’t write it down. Sama halnya kalo kalian tanya kenapa gue suka baca buku, and all I can say is because I like it, no I love it!, atau kalo lagi mood menjelaskan, paling bilang karena gue bisa berasa lagi di luar negeri atau lagi di sebuah atmosfir yang berbeda atau berasa kenal dan bahkan berteman dengan karakter yang gue baca dan berujung gue didiagnosis gila oleh mereka. Ya pokoknya gitu, nggak tau juga jelasinnya gimana.

Salah satu bab favorit gue di buku Ubur-Ubur Lembur ini adalah ‘Percakapan dengan seorang artis’, artis yang dimaksud Bang Radit disini tak lain tak bukan adalah Prilly Latuconsina, yang tanpa perlu gue jelasin lebih lanjut, kalian seperti halnya 50% penduduk di Indonesia, pasti udah tau siapa. Itu loh yang main di GGS (Ganteng Ganteng Sekong, eh maksudnya ganteng ganteng serigala ala ala Jacob di film Twilight). Part favorit gue adalah :

‘Kadang aku suka ngerasa kangen, loh.’ Prilly tersenyum tipis. Dia lalu melanjutkan perkataannya, ‘Tapi nggak tau sama siapa.’
‘Maksudnya?’ Tanya gue.
‘Iya. Aku ngerasa kangen tapi nggak tahu apa yang dikangenin dan siapa yang dikangenin.’

Udah ah, capek ngetiknya. Kalian baca sendiri aja di halaman 155.

Gue sempat bengong beberapa saat setelah baca part ini, like blank for 20 seconds. Nggak tau otak gue mungkin lagi mendadak cuti berpikir, dan disini gue beneran nggak mikir, I mean gue mikir tapi nggak tahu lagi mikirin apa. Seabsurd itu sampai nggak bisa gue defenisikan sama sekali. I mean, I knew this feeling! gue sering banget ngerasain hal se-absurd ini, kangen tapi nggak tahu kangen sama siapa atau apa. Kemudian gue mikir, apa ini tanda-tandanya gue akan segera debut jadi artis? Apaan dah

Pernah nggak sih kalian ngerasa kangen, tapi nggak tau kangen sama siapa? 




Ada sebuah moment dimana gue bisa ngerasa rindu sama seseorang, tapi nggak tau siapa, apa gue rindu sama hantu? Oke ini halusinasi sesaat, apa gue lagi rindu sama oppa? Ini lebih halu lagi. Apa jangan-jangan dulunya gue pernah punya pacar kemudian amnesia kayak di drama Goblin? HAHAHAHAHA Apa gue GILA? I don’t know. Biasanya perasaan kayak gini muncul pas lagi sendiri di rumah, pas lagi cari buku di gramedia, pas nyium aroma parfum tertentu, for me biasanya aroma melati atau bunga kopi. Bahkan dengan melihat ranting pohon kering di pinggir jalanpun, gue be like 'it reminds me of someone'. Like I miss someone, tapi nggak tahu SIAPA! 


                               Image result for ranting pohon


Rasanya ya seperti kalian lagi kangen sama pacar, tapi nggak tau dah pacarnya siapa, wong pacar aja nggak punya. Mantan bukan, orang tua juga bukan soalnya kalo kangen ortu biasanya langsung telepon yang kemudian berujung dikacangin karena Ndok Pian lagi sibuk main game onet di HP barunya. Sigh!

Di luar sedang hujan ketika gue nulis ini. Its 18.48 PM. Orang rumah belum pulang, mungkin lagi family gathering atau sekedar jalan-jalan di mall sekeluarga which is gue nggak ikut, bukan karena nggak diajakin tapi karena emang lagi pengen di rumah aja, menikmati weekend ala ala home alone sambil dengerin suara-suara aneh dari lantai 1, dan Merenung sambil menatap layar Pak Aji (nama laptop gue) bengong. Sesekali gue ngecek notifikasi whatssap dan line, seolah sedang menunggu pesan dari seseorang, but who? 

Ada banyak hal yang kita rasain tapi nggak tau gimana cara jelasinnya, apalagi kalo ada yang nanya kenapa? Kok bisa? Kadang gue suka jalan-jalan sendiri sambil dengerin lagu pake headset, beli jepitan rambut yang kemudian hilang 3 hari kemudian, nonton film sendiri, ke gramedia buat cari buku entah apa dan kemudian berakhir dengan nongkrong di McD sambil menikmati Fanta float sendiri, berhalusinasi sedikit dan lalu mikir “ini gue lagi ngapain?”, atau ketawa kayak orang gila setelah baca grup chat alay di whatsapp, atau baper chattan bareng robot, like I don’t know why, mungkin gue segitu nggak ada kerjaannya. Nggak semua hal butuh alasan kok.

Seperti yang gue bahas di paragraph awal, nggak semua ide bisa dituliskan seperti rasa, nggak semua bisa didefenisikan. Ya seperti sekarang ini, rasanya otak gue udah overload dengan ide-ide absurd yang antri buat gue ketik tapi bahkan di paragraph yang kesekian ini, gue masih belum bisa menemukan cara terbaik buat nulis apa yang ada di kepala gue dan justru berujung menulis tema absurd ini.

I just wanna say, I MISS YOU!




1 komentar: