Sejak kecil gue pengen banget keliling dunia. Karena keliling dunia terdengar sangat mustahil, jadilah gue persempit keliling indonesia aja, itu juga masih rada mustahil karena keadaan dompet yang selalu kering, mungkin karena jarang dicuci :(
Gue pengen banget ke Thailand dan Filipina setelah nonton video-video di chanel ini, apalagi dengan kuliner ekstrem yang bikin kita makin penasarann
Dulu gue pikir jalan-jalan ke luar kota karena kerjaan itu keren. Selain bisa cuci mata, tiket dibayarin, dapat uang saku pula. Suka iri liat teman-teman seangkatan yang kerjanya jadi auditor. Jalan-jalan kesana kemari bahkan sampai ke Papua. Kerja rasa liburan.
Sewaktu kuliah, gue sempat kerja di toko buku sampai lulus. Lumayan buat bantu bayar uang ujian skripsi dan wisuda yang saat itu tidak dibiayai beasiswa. Menjelang skripsi gue sempat tertekan batin(halah, lebbeh) dikit lagi depresi karena harus kerja sampai jam 11 malam, dan pulang ke kosan buat kerjain skripsi sampai subuh, besoknya ke kampus ketemu pembimbing trus lanjut kerja lagi. Sempat khawatir juga gue telat lulus, tapi Puji Tuhan skripsi gue baik-baik aja. Mungkin karena pembimbingnya nggak rese (Thankyou Jack Sparrow).
Awalnya gue seneng bahkan bangga bisa kerja di toko buku. Gue suka seragamnya apalagi sepatunya, nggak kaya Mbak-Mbak SPG Make Up yang harus pake high heels. Selain karena emang hobby baca dan bisa dapat potongan harga, kesempatan buat bertemu banyak orang menjadi hiburan tersendiri. Seperti prinsip akuntansi, semua harus balance. Ada yin dan yang. Ada sisi positif dan negatifnya. Tiga bulan pertama kerja disana emang suatu tantangan luar biasa. Bayangkan saja berdiri selama 10 jam, istirahat 30 menit buat makan, dan tidak boleh pegang HP. I can't! Betis gue rasanya mau pecah(?), tiap pulang ke kosan harus direndam air hangat dulu biar bisa tidur. Kalo nggak, besoknya udah nggak bisa jalan kali gue. Belum lagi tekanan di tempat kerja (nasib anak baru) dari sesama karyawan, atasan bahkan ketemu customer rese! Tapi semua pasti ada hikmahnya, gue percaya apapun itu Tuhan punya rencana yang lebih baik.
Long story short, gue mulai bosan kerja disana. Jenuh aja kayak judul lagu. Mungkin karena beberapa kebijakan perusahaan yang waktu itu udah nggak sejalan, sebut saja lembur yang disebut loyalitas, hari libur dan bonus suka dipotong sama supervisor, belum lagi pendapat dan ide-ide karyawan yang jarang didengar oleh pimpinan. That sucks! Jalan ditempat, nggak ada perkembangan sama skali.
Kejenuhan ini bahkan mempengaruhi minat gue terhadap buku. Saking enegnya liat buku, ada banyak sekali buku yang gue beli tiap gajian, ujung-ujungnya hanya disimpan masih lengkap dengan plastik dan harganya. Yang awalnya seru bisa kerja di tempat rame, sekarang malah pengen waktu buat menyendiri. Jadi nggak sabar pengen cepet-cepet lulus,biar bisa kerja kantoran, punya ruangan sendiri, bisa putar lagu yang gue suka, bisa ngopi, bahkan siram indomie kalo lagi laper. Gue pengen jadi akuntan, i love work with numbers and above all, i just want to be heard! Jujur aja, sebagai sales girl, lo nggak akan pernah didengar dan ide-ide lo nggak akan pernah diperhitungkan oleh siapapun, because you are just a salesgirl! even setelah beberapa bulan, gue diangkat jadi customer service teteeupp aja rasa nggak puas itu ada, teteupp aja ambisi gue lebih dari sekedar jadi customer service. Tapi kalo jadi customer service Google, enak kali ya...
Kejenuhan ini bahkan mempengaruhi minat gue terhadap buku. Saking enegnya liat buku, ada banyak sekali buku yang gue beli tiap gajian, ujung-ujungnya hanya disimpan masih lengkap dengan plastik dan harganya. Yang awalnya seru bisa kerja di tempat rame, sekarang malah pengen waktu buat menyendiri. Jadi nggak sabar pengen cepet-cepet lulus,biar bisa kerja kantoran, punya ruangan sendiri, bisa putar lagu yang gue suka, bisa ngopi, bahkan siram indomie kalo lagi laper. Gue pengen jadi akuntan, i love work with numbers and above all, i just want to be heard! Jujur aja, sebagai sales girl, lo nggak akan pernah didengar dan ide-ide lo nggak akan pernah diperhitungkan oleh siapapun, because you are just a salesgirl! even setelah beberapa bulan, gue diangkat jadi customer service teteeupp aja rasa nggak puas itu ada, teteupp aja ambisi gue lebih dari sekedar jadi customer service. Tapi kalo jadi customer service Google, enak kali ya...
Kadang sedih kalo ada teman kuliah yang nanya 'masih kerja di toko buku?', 'kenapa tidak melamar di tempat lain?', bahkan ada yang dengan sangat kejam (lebay) nanya 'Sarjana akuntansi kan, kok kerja disini?'. and i was like 'emang salah ya sarjana kerja di mall, emang ada aturannya sarjana harus kerja kantoran?' Belum lagi pandangan tetangga di kampung. Ini yang paling nyesekk. Kalau ada yang nanya ke Ndopi (my mom) anaknya kerja apa? and she said 'oh, jaga-jaga toko saja di Makassar'. WHATTTTTT...I'm just TT, Just like TT :'( :'(. Jadi males pulang kampung, ngambil cuti juga cuman buat tiduran di kosan. Mending tidur daripada harus pusing mikirin jawaban buat pertanyaan-pertanyaan tetangga rese nan kepo.
Waktu itu gue mikir, segini aja nih gue? Gue kok masih disini-sini aja? Gue juga pengen kali punya kerjaan keren kayak orang-orang, kayak teman-teman angkatan gue yang lain. Gue juga pengen bikin orang tua gue bangga. Jadi kalo orang nanya anaknya kerja dimana, beliau bisa dengan bangga bilang "Oh, anakku sekarang akuntan", bukannya bilang jaga toko :'(
Waktu itu gue mikir, segini aja nih gue? Gue kok masih disini-sini aja? Gue juga pengen kali punya kerjaan keren kayak orang-orang, kayak teman-teman angkatan gue yang lain. Gue juga pengen bikin orang tua gue bangga. Jadi kalo orang nanya anaknya kerja dimana, beliau bisa dengan bangga bilang "Oh, anakku sekarang akuntan", bukannya bilang jaga toko :'(
Tuhan nggak pernah tidur. Itu kata orang-orang yang suka sok tahu, padahal kan who knows? hehehe Selang beberapa lama, akhirnya gue dapat panggilan dari perusahaan tempat gue sekarang bekerja. Walaupun kenyataan tak seindah harapan (halah), gue tetap bersyukur. Ada satu perusahaan yang sangat-sangat gue harapkan waktu itu, tapi apalah daya pungguk merindukan bulan (rasanya makin kesini, makin puitis nih tulisan) panggilan itu tak kunjung datang. So, dengan sabar dan tawakal gue memutuskan untuk resign dan masuk ke tempat baru.
Bukan hidup namanya kalau tanpa masalah. Kantor baru bukan berarti bebas dari penjajahan. Kebetulan budaya perusahaan yang sekarang gue tempati rada horor sih, karyawannya nggak bisa nyantai dikit, tiap hari rasanya kayak dengerin orang konser, berisikk!!! Ngak heran ada yang mukanya boros saking seringnya marah-marah. Beruntung saat itu gue dan teman sesama akuntan lain dapat ruangan sendiri di lantai 2.
Selain jadi akuntan, gue juga dapat kesempatan buat jadi auditor salah satu hotel. Enaknya, karena dapat kesempatan buat jalan-jalan ke luar kota. Nginap di hotel gratis selama seminggu sampai bosan. Makan di resto juga gratis. Tapi diluar segala fasilitas yang bisa gue dapatkan secara gratis ini, hal yang paling gue suka adalah bagaimana orang lain sekarang melihat gue. I'm no longer a sales girl yang bisa dimarah-marahin kalo customer lagi bad mood (#Sombongdikitbolehnggaknih). Gue bukan lagi invisible girl, yang bahkan gue loncat-loncat pun orang nggak akan repot-repot nanyain itu siapa, apalagi mendengarkan pendapat gue, yang ada dikirain gila.
Berkat profesi baru ini, akhirnya gue bisa ngerasain enaknya dihargai dan didengarkan. I was amazed how people treat me so well. Dengan ini gue belajar untuk memperlakukan orang dengan baik dan berusaha menghargai setiap ide dan pendapat orang, karena ternyata rasanya luar biasa. Gue pernah berada di posisi paling bawah, i was invisible, gue berharap bisa mengambil pelajaran dari setiap pengalaman buruk di masa lalu, demi menjadi orang yang lebih baik lagi.
Somehow, people think it's cool to be a jerk. Honestly, it's way cooler to be nice!
Bukan hidup namanya kalau tanpa masalah. Kantor baru bukan berarti bebas dari penjajahan. Kebetulan budaya perusahaan yang sekarang gue tempati rada horor sih, karyawannya nggak bisa nyantai dikit, tiap hari rasanya kayak dengerin orang konser, berisikk!!! Ngak heran ada yang mukanya boros saking seringnya marah-marah. Beruntung saat itu gue dan teman sesama akuntan lain dapat ruangan sendiri di lantai 2.
Selain jadi akuntan, gue juga dapat kesempatan buat jadi auditor salah satu hotel. Enaknya, karena dapat kesempatan buat jalan-jalan ke luar kota. Nginap di hotel gratis selama seminggu sampai bosan. Makan di resto juga gratis. Tapi diluar segala fasilitas yang bisa gue dapatkan secara gratis ini, hal yang paling gue suka adalah bagaimana orang lain sekarang melihat gue. I'm no longer a sales girl yang bisa dimarah-marahin kalo customer lagi bad mood (#Sombongdikitbolehnggaknih). Gue bukan lagi invisible girl, yang bahkan gue loncat-loncat pun orang nggak akan repot-repot nanyain itu siapa, apalagi mendengarkan pendapat gue, yang ada dikirain gila.
Berkat profesi baru ini, akhirnya gue bisa ngerasain enaknya dihargai dan didengarkan. I was amazed how people treat me so well. Dengan ini gue belajar untuk memperlakukan orang dengan baik dan berusaha menghargai setiap ide dan pendapat orang, karena ternyata rasanya luar biasa. Gue pernah berada di posisi paling bawah, i was invisible, gue berharap bisa mengambil pelajaran dari setiap pengalaman buruk di masa lalu, demi menjadi orang yang lebih baik lagi.
Somehow, people think it's cool to be a jerk. Honestly, it's way cooler to be nice!